NASIONAL

Upaya Pengendalian Inflasi di Tengah Ancaman El Nino

"Inflasi kita memang turun secara nasional dari 4 ke 3,5 ya. Kita harapkan nanti bulan September Oktober sudah di bawah 3 kita harapkan," kata Jokowi.

AUTHOR / Astri Yuanasari

inflasi, el nino
Anak-anak bermain di area persawahan yang mengalami kekeringan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Minggu (25/6/2023). (Foto: ANTARA/Arnas Padda)

KBR, Jakarta - Otoritas pemantau iklim di Indonesia BMKG telah mengeluarkan peringatan fenomena El Nino tahun 2023 di Indonesia. Fenomena ini diyakini akan berdampak pada kekeringan di sejumlah daerah yang bisa mengganggu produksi pangan dan berujung pada inflasi.

Meski begitu, pemerintah optimistis target inflasi hingga akhir tahun bisa terus turun hingga 3 persen.

Presiden Joko Widodo menargetkan inflasi nasional berada di bawah 3 persen pada September atau Oktober mendatang. Optimisme Jokowi itu didasarkan pada inflasi nasional yang saat ini turun dari angka 4 persen ke angka 3,5 persen.

"Inflasi kita memang turun secara nasional dari 4 ke 3,5 ya. Kita harapkan nanti bulan September Oktober sudah di bawah 3 kita harapkan," kata Jokowi, usai meninjau harga komoditas pangan di Pasar Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (11/7/2023).

Sebelumnya Jokowi pernah mengingatkan pemerintah pusat dan daerah untuk tetap waspada menghadapi situasi ekonomi global yang masih belum stabil. Selain itu, Presiden menekankan agar semua aparatur terus menstabilkan harga pangan serta menjaga inflasi di daerah.

"Apa yang harus kita lakukan? Dongkrak konsumsi rumah tangga. Setelah tahu semuanya apa yang harus dilakukan, stabilkan harga kebutuhan pokok dan ketersediaan stok pangan. Itu penting sekali. Terus jaga inflasi di daerah, dan pastikan capaian investasi sesuai target. Ini kunci. Kemudian untuk pangan, pastikan ketersediaan pupuk tepat sasaran. Dan, jaga stabilitas moneter dan stabilitas sektor perbankan. Ini juga sangat penting," kata Jokowi, Selasa (4/7/2023).

Baca juga:


Tantangan besar

Optimisme penurunan inflasi juga disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti. Dalam rapat dengan DPR awal pekan ini, Destry mengatakan, sasaran penurunan inflasi diyakini bakal sesuai target.

Destry mengakui tekanan inflasi pangan merupakan salah satu tantangan terbesar. Namun ia memastikan, koordinasi BI dan pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah bakal tetap bisa menjaga inflasi terus turun hingga akhir tahun.

"Dengan konsistensi, inovasi, dan sinergi tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali di dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada sisa tahun 2023,” kata Destry dalam Rapat Banggar di DPR RI, Senin (10/7/2023).

Sementara itu, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyebut kenaikan harga pangan pada saat musim kemarau ekstrem atau El Nino berpotensi semakin tinggi. Menurutnya, kenaikan akan terus terjadi jika pemerintah tidak bekerja keras mengatasi ancaman masalah pangan.

"Sangat, sangat berpotensi. Saat ini saja panen masih relatif aman pengendalian harganya tinggi, gimana nanti El Nino? yang barangnya gak ada, inikan terkair suplay dan demand. Kalau pelaksanaan pengawalan pangan masih sama seperti sekarang, ditambah dengan beban El Nino yang cukup tinggi maka kami pesimis kalau masalah pangan ini dapat diselesaikan dalam waktu dekat," ujar Mansuri, Kepada KBR, Kamis (29/6/2023).

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan bencana kekeringan akan melanda Indonesia dalam semester kedua tahun ini.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, prediksi kekeringan didasarkan pada menguatnya potensi kejadian dua fenomena perubahan suhu muka laut yang terjadi bersamaan, yakni El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).

"Dapat berdampak pada makin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini ya. Bahkan sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya," kata Dwikorita dalam keterangan pers, Selasa (6/6/2023).

Dua fenomena iklim itu diyakini bisa mengganggu produksi pangan, dan berdampak pada peningkatan inflasi pangan.

Baca juga:


Genjot produksi

Pemerintah mengisyaratkan serius dalam upaya mengendalikan inflasi dan menghadapi potensi dampak fenomena El Nino di sektor pangan.

Awal pekan ini Presiden bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju menggelar Rapat Terbatas membahas sejumlah hal terkait pangan, mulai dari El Nino hingga hilirisasi pangan.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, Presiden memerintahkan para pejabat terkait bertindak cepat mengantisipasi El Nino, termasuk menggenjot produksi pangan dalam negeri.

"Jadi yang jelas Pak Mentan diminta untuk menggenjot produksi jadi mumpung masih ada hujan kemudian boleh tanam sehingga 110 hari kemudian kita masih punya beras. Pak Budi Waseso itu sebagai Dirut Bulog ditugaskan untuk menyerap produksi petani ya. Kemudian backupnya yang 2 juta ton sudah diputuskan untuk direct impor itu baru terealisasi 500 ribu ton yang 700 ribu ton kemarin diambil dari panen dalam negeri," kata Arief di Istana Merdeka (10/7/23).

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menambahkan selama sekitar setengah tahun ini Bulog sudah mengeluarkan stok beras sebesar 600 ribu ton untuk bantuan pangan kepada 21 ribu masyarakat miskin yang masuk Kelompok Penerima Manfaat (KPM). Selain itu, 600 ribu ton beras juga sudah disalurkan untuk menstabilkan pasokan dan mengendalikan harga pangan.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!