NASIONAL

Polusi Udara, Mengurangi Kualitas Hidup dan Harapan Hidup Masyarakat

Angka harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata berkurang 2,5 tahun karena polusi udara. Kondisi tersebut bisa berkurang hingga 6 tahun untuk wilayah kota-kota besar.

AUTHOR / Astri Yuanasari

polusi udara
Suasana Masjid Istiqlal tertutup kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (25/7/2023). (Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

KBR, Jakarta - Angka harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata berkurang 2,5 tahun karena polusi udara. Kondisi tersebut bisa berkurang hingga 6 tahun untuk wilayah kota-kota besar.

Data ini disampaikan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dalam Diskusi Publik mengenai Hak Rakyat atas Udara Bersih dan Sehat, pada Pekan Raya Lingkungan Hidup, Juni 2022.

Dokter spesialis Paru Nuryunita mengatakan, polusi udara juga mengakibatkan kualitas hidup buruk untuk masyarakat.

Sebab, kualitas hidup seseorang banyak dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, dan kondisi kesehatan ada yang dipengaruhi oleh polusi udara.

"Akibat adanya polusi udara, angka harapan hidup rakyat Indonesia itu berkurang secara rata-rata dua setengah tahun. Itu untuk umum. Tetapi khusus yang daerah-daerah, seperti Jakarta, Bandung, Depok, yang angka polusinya sangat tinggi, angka harapan hidupnya berkurang 5-6 tahun. Ini sudah ada basis daripada penelitiannya," kata Nuryunita dalam acara Diskusi Publik mengenai Hak Rakyat atas Udara Bersih dan Sehat, Rabu, (1/6/2022).

Nuryunita memaparkan, saat ini 92 persen penduduk dunia sudah terpapar kualitas udara yang buruk. Tercatat, ada tujuh juta kematian per tahun yang berhubungan dengan polusi udara. 

Selain itu, 25 persen penyakit dan kematian akibat kanker paru, disumbangkan oleh polusi udara.

"Ternyata polusi udara ini juga menyebabkan anak-anak yang nggak ada riwayat asmanya menjadi sakit asma pada usia 5 sampai 18 tahun sebanyak 14 persen, ketika sejak kecilnya selalu terpapar oleh polusi udara," kata Nuryunita.

Baca juga:


National Geographic pernah mengkategorikan dampak polusi udara bagi kesehatan menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek, polusi udara adalah iritasi pada hidung, tenggorokan, mata dan kulit.

Polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan saraf, otak, ginjal, hati, dan organ lain. Beberapa ilmuwan menyebutkan polusi juga bisa menyebabkan cacat lahir.

Ketua bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Agus Dwi Susanto mengatakan, jika terpapar polusi udara dalam jangka panjang dan terkena penyakit, maka penyakit itu akan menetap dan tidak bisa hilang.

"Kalau dampak akut jangka pendek umumnya biasa kembali normal, misalnya iritasi, ISPA, itu biasanya akan balik lagi normal bisa. Tetapi kalau efek jangka panjang yang muncul misalnya terjadinya kanker, terjadinya asma, terjadinya penyakit jantung koroner itu biasanya nggak bisa balik lagi, udah jadi penyakit udah menetap," kata Agus dalam diskusi virtual, Selasa (8/8/2023).

Bahkan kata Agus, polusi udara adalah salah satu faktor risiko penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Ia menjelaskan, polusi udara menempati posisi kelima setelah hipertensi, diabetes, merokok, dan obesitas.

"Di Indonesia ini kita bisa lihat bahwa faktor resiko kematian di Indonesia nomor satu itu tekanan darah tinggi, nomor 2 gula darah tinggi diabetes, nomor 3 itu merokok, nomor 4 ini obesitas kegemukan, dan yang menarik, nomor 5 polusi udara baik indoor maupun outdoor. Kalau outdoor sendiri nomor 6 ya, tapi kalau gabungan outdoor dan indoor dia masuk 5 besar penyebab risiko kematian di Indonesia. Jadi bukan sesuatu hal yang kita remehkan harusnya, dan ini hampir kota-kota semuanya terjadi polusi masuk kategori tidak sehat," kata dia.

Sementara itu, Anggota Dewan Pertimbangan IDI, Zubairi Djoerban meminta masyarakat bisa lebih menjaga kondisi kesehatan untuk mengurangi dampak buruk polusi udara. Ia menyebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengurangi paparan polusi udara.

"Ada banyak jalan keluar yang saya kira semuanya harus dikerjakan bareng-bareng. Ya kalau keluar rumah pakai masker, kalau bisa tidak keluar rumah. Kemudian kalau kita siang hari sebaiknya kita sekitar 1 jam ada di ruang yang ber-AC. Kemudian kalau olahraga jangan olahraga terlalu berat, dan olahraganya di indoor," kata Zubairi.

DKI Jakarta sempat menjadi wilayah dengan kualitas udara terburuk di dunia pada pertengahan tahun ini. Berdasarkan data situs IQAir pekan kedua Agustus 2023, kualitas udara di ibu kota Indonesia, terburuk kedua di dunia, dengan indeks mencapai 170. 

Baca juga:

Merespons kondisi ini Pemerintah provinsi DKI Jakarta bakal menyusun Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara di Jakarta.

"Dan salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi kita memasuki musim kemarau, yang memang di bulan Juli hingga September biasanya itu tinggi-tingginya titik musim kemarau. Berakibat pada kondisi kualitas udara yang kurang baik. Pemerintah DKI Jakarta, dalam hal ini Dinas LHK juga sudah menyusun berbagai macam regulasi yang sudah ada adalah Instruksi Gubernur Nomor 66 tentang pengendalian pencemaran udara," ucap

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto saat jumpa pers, Jumat (11/8/2023).

Strategi pengendalian lain, yaitu penerapan operasi uji emisi. Dalam waktu dekat, kepolisian akan mulai menerapkan Operasi Patuh Jaya yang di dalamnya juga ada operasi uji emisi. Selain itu, pemerintah setempat juga menerapkan tarif parkir tertinggi di belasan lokasi parkir milik pemda.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!