ragam
Desakan Keadilan untuk Vian Ruma: Kejanggalan di Balik Kematian Aktivis Lingkungan NTT

Koalisi KOPI mendorong penyelidikan mendalam oleh kepolisian untuk mengetahui penyebab kematian Vian. Sebab, ada dugaan kematian Vian murni tidak wajar.

Penulis: Shafira AM, Resky N

Editor: Resky Novianto

Audio ini dihasilkan oleh AI
Google News
vian
Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30), aktivis lingkungan di NTT. Foto: Koalisi KOPI
TL;DR
  • Aktivis lingkungan Vian Ruma ditemukan tewas di pondok, menimbulkan dugaan kematian tidak wajar di NTT.
  • Kejanggalan ditemukan: posisi kaki menyentuh lantai dan kondisi mental baik, menguatkan dugaan kematian tak wajar.
  • Koalisi aktivis, keluarga, dan DPR mendesak polisi investigasi transparan dan ekshumasi untuk keadilan.

KBR, Jakarta- Kematian Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30), aktivis lingkungan yang aktif dalam gerakan penolakan proyek geotermal di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, ditemukan meninggal dengan posisi tergantung di sebuah pondok.

Vian ditemukan tewas dengan leher terikat di sebuah pondok di Kampung Wodo Mau, Desa Tonggo, Nangaroro, Nagekeo, NTT, Jumat (5/9) lalu.

Divisi Advokasi Koalisi Kelompok Orang Muda untuk Perubahan Iklim (KOPI), Efraim Mbomba Reda, mendorong penyelidikan mendalam oleh kepolisian untuk mengetahui penyebab kematian Vian. Sebab, ada dugaan kematian Vian murni tidak wajar.

“Yang pasti Koalisi KOPI, keluarga Vian, kerabat dan semua yang mengenal Vian tidak yakin dia bunuh diri. Di kampung, Vian salah satu pemuda kebanggaan. Harapanya pihak kepolisian bisa bekerja dengan baik dan transparan dalam pengungkapan kasus ini,” ujar Efraim kepada KBR, Rabu (10/9/2025).

Selain itu, ia juga meminta agar publik terus memantau kasus kematian Vian Ruma hingga ada titik terang dari pihak kepolisian.

“Publik dan media kita harapkan terus mengawal perkembangan kasus,” tuturnya.

Selain sebagai pengurus Koalisi KOPI, Vian Ruma dikenal sebagai seorang guru di wilayah Nagekeo, NTT.

Kejanggalan Kematian Vian Ruma

Efraim mengatakan pada saat ditemukan, jasad Vian sudah membengkak dan membusuk. sehingga sulit untuk dideteksi.

“Namun kejanggalan itu bisa dilihat dari posisi gantung diri. Misalnya kakinya menyentuh lantai dan tidak ada kerusakan di lokasi kejadian,” ungkapnya.

Menurutnya, kondisi mental Vian diklaim dalam keadaan baik lantaran sudah merencanakan agenda bersama kekasihnya.

“Pada saat itu yg sedang baik-baik saja karena ingin pergi bersama pacarnya ke syukuran sambut baru dan persiapan kegiatan Mbay Youth Day,” terang Efraim.

Kronologis versi Koalisi KOPI

Pada Selasa, 2 September 2025, saat itu Vian punya dua tujuan. Pertama, syukuran sambut baru bersama pacarnya. Kkedua, mengikuti persiapan kegiatan MbayYouth Day. Kedua teman gurunya sempat mengajak jalan bersama-sama sekitar pukul 15.00 WITA, jawaban Vian, “gass”.

“Kebiasaan Vian, kalau menjawab seperti itu akan segera menyusul sehingga kedua temannya memutuskan untuk jalan lebih dahulu.Tapi, Vian saat itu tidak menyusul, padahal sempat ditunggu lama oleh kedua temannya di jalan. Vian baru keluar dari kos ketika hari sudah gelap,” tulis Koalisi KOPI.

Setelahnya, karena Vian sudah janji akan pergi ke acara sambut baru bersama, pacar Vian dua kali menghubungi karena hari sudah maghrib sementara lokasi acara jauh, sekitar 1 jam perjalanan. Vian selalu menjawab, “5 menit lagi”. Beberapa saat kemudian dihubungi lagi, tapi telpon tidak aktif.

“HP Vian memang suka bermasalah, jadi tidak menimbulkan kecurigaan bagi pacarnya. Ia memutuskan untuk berangkat sendiri ke lokasi pesta, sempat singgah ke lokasi kegiatan di pastoran, tapi tidak menemukan Vian. Dan, malam itu Vian tidak pernah muncul di dua lokasi tersebut,” lanjut Koalisi KOPI.

Lebih lanjut, terdapat kegiatan MbayYouth Day berlangsung dari tanggal 3-7 September 2025 di Maunori Nagekeo. Dalam acara tersebut, Vian terlibat di kepanitiaan sebagai panitia pengarah. Ia mendapat tugas sebagai pembawa acara pada pembukaan dan moderator pada hari Jumat.

“Peran ini diberikan karena keluhan Vian sebelumnya, ada kemungkinan tidak dapat izin dari sekolah sehingga diberikan peran yang tidak bertubrukan dengan waktu mengajar terutama di hari Jumat (pada saat libur Maulid Nabi Muhammad),” tambah Koalisi KOPI.

Lalu, pada 3-4 September, Vian hilang kontak. Hingga, pada Jumat 5 September, Vian ditemukan oleh warga di pondok dalam keadaan meninggal. Polisi dari Polsek Nangaroro datang kemudian harus menunggu polisi dari Polres Nagekeo yang membawa kantong jenazah.

“6 September, Jenazah Vian dimakamkan di Kampung Wio, Desa Ngera. Sehari setelahnya, Riki Ruma, adik kandung Vian membuat laporan ke polisi. Lalu sehari berselang atau 8 September, Riki Ruma diminta datang ke kantor polisi untuk menyaksikan pembukaan tas Vian. Keesokan harinya, polisi melakukan olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi,” jelas Koalisi KOPI.

Baca juga:

- Mereka yang Ditangkap dan Belum Kembali Pascaaksi #BubarkanDPR

- Sri Mulyani Diganti, Kinerja Purbaya Dinanti

Desakan Walhi NTT

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Timur (NTT) mendesak kepolisian untuk segera menuntaskan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian Vian Ruma.

"Mendesak Kepolisian Resor Nagekeo untuk mengusut tuntas kasus ini secara transparan, profesional dan akuntabel," dikutip dari keterangan resmi Walhi NTT, Rabu (10/9/2025).

Mereka menyampaikan rasa duka cita kepada keluarga dan sahabat Vian Ruma, serta mengajak publik untuk turut serta mengawal proses hukum yang berjalan.

“Demi memastikan kepastian dan keadilan bagi keluarga Vian,” tulis Walhi NTT.

Walhi NTT turut menyampaikan pentingnya pelindungan terhadap aktivis, pendidik, serta masyarakat yang berjuang untuk lingkungan hidup dan masa depan daerah.

"Walhi NTT percaya bahwa kebenaran harus diungkap dan keadilan harus ditegakkan. Kematian almarhum Vian Ruma tidak boleh dibiarkan menjadi misteri tanpa jawaban," tandas mereka.

Ungkap Sesuai Fakta

Wakil Ketua Komisi XIII yang membidangi Hak Asasi Manusia (HAM) DPR RI, Andreas Hugo Pareira menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya aktivis muda asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Vian Ruma, yang dikenal aktif menyuarakan penolakan terhadap proyek geotermal di daerahnya. 

Andreas menegaskan bahwa kasus kematian Vian sebagai aktivis lingkungan harus disikapi serius oleh pemerintah.

"Ini bukan hanya soal hilangnya nyawa seorang anak bangsa, tetapi juga menyangkut aspek perlindungan hak asasi manusia serta jaminan kebebasan berekspresi warga negara," kata Andreas, Rabu (10/9/2025). "

APH (Aparat Penegak Hukum) perlu mengungkap kasus ini sebenar-benarnya sesuai fakta," tambahnya.

Baca juga:

Kriminalisasi Aktivis yang Berlanjut Usai Delpedro dkk Ditangkap

Evaluasi Sekolah Rakyat: Catatan Kritis, Harapan, dan Tantangan

Rencana Ekshumasi Vian Ruma

Kepolisian Resor Nagekeo, Polda NTT, merencanakan melakukan ekshumasi dan autopsi terhadap jenazah Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30), seorang aktivis lingkungan penolak Geothermal di Nagekeo yang ditemukan meninggal di sebuah gubuk di Kecamatan Nangaroro.

“Kami akan berkoordinasi dengan pihak keluarga untuk melakukan ekshumasi dan autopsi agar bisa diketahui secara pasti penyebab kematian korban,” kata Kapolres Nagekeo AKBP Rachmad Muchamad Salili saat dikonfirmasi dari Kupang, Rabu (10/9/2025) dikutip dari ANTARA.

Ia menegaskan pihaknya masih mendalami kasus tersebut dengan meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk orang yang pertama kali menemukan korban yakni kepala desa, ketua RT, dan pihak keluarga.

Hasil Visum Luar Belum Bisa Jadi Dasar Kepastian

Menurut Rachmad, hasil visum luar terhadap jenazah belum dapat memastikan penyebab kematian karena kondisi tubuh korban sudah membusuk.

“Diduga korban sudah meninggal sekitar empat hari sebelum ditemukan,” ujarnya.

Jenazah Vian ditemukan pada Jumat (5/9) di sebuah pondok di Kampung Wodo Mau, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro.

Saat ditemukan, korban dalam posisi tergantung dengan seutas tali sepatu, namun lutut masih menekuk dan telapak kaki menyentuh lantai bambu.

Sejumlah barang pribadi korban, seperti telepon genggam, tas, sepatu, dan sandal, masih berada di sekitar tubuh, sementara sepeda motor korban ditemukan di luar pondok.

Vian Ruma dikenal sebagai aktivis yang menyoroti isu lingkungan dan geothermal di Nagekeo. Selain itu, ia juga bekerja sebagai guru Matematika di SMPN 1 Nangaroro.

Kapolres juga mengaku belum bisa menyampaikan lebih jauh atau secara mendalam terkait meninggalnya aktivis lingkungan tersebut.

Baca juga:

- Ancaman Bom Waktu Gas Metana di TPA

Mengapa Pembatasan Informasi jadi Masalah Serius dalam Aksi Bubarkan DPR?

Vian Ruma
Aktivis lingkungan
NTT
Nagekeo

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...