NASIONAL

Asian Games 2023 di Tengah Kendala Pembinaan Atlet

Kendalanya masih biasa terkait dengan budget yang enggak cukup di situ ya. Sehingga polanya ya masih seperti yang dulu-dulu.

AUTHOR / Heru Haetami

Asian Games 2023 di Tengah Kendala Pembinaan Atlet
Ganda putra Muhammad Rian (kiri) dan Fajar Alfian (tengah). Badminton gagal menyumbang medali di Asian Games 2023. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

KBR, Jakarta - Asian Games 2023 di Hangzhou, China, seharusnya menjadi ujian bagi Indonesia untuk konsisten dalam berprestasi. Pesan itu disampaikan Pakar Manajemen Prestasi Olahraga dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Djoko Pekik Irianto.

Hingga Jumat (6/10/2023) pukul 17:00, Indonesia masih bertengger di peringkat 13 klasemen sementara. Djoko membandingkan prestasi Indonesia saat finis di peringkat 4 pada Asian Games 2018.

"Saya katakan ujian itu karena Asian Games sebelumnya di tahun 2018 kita mampu bercokol di peringkat ke-4 dengan 31 medali emas ya. Nah sehingga ini menjadi satu indikator bagaimana sebetulnya konsistensi pembinaan atlet Indonesia menuju multievent yang terukur," kata Djoko kepada KBR, Jumat (6/10/2023).

Djoko Pekik menilai, multievent yang pernah diikuti seperti Asian Games dan Olimpiade, seharusnya menjadi indikator keberhasilan pembinaan.

Sebenarnya Indonesia memiliki desain besar olahraga nasional (DBON) yang secara pola sudah cukup bagus. Namun kata dia, desain itu belum terlaksana dengan baik lantaran terbentur anggaran.

"2021 sampai 2024 itu kan step pertama dari DPON (Dewan Pertimbangan Organisasi Nasional) hanya memang belum berjalannya sesuai yang kita harapkan. Kendalanya masih biasa terkait dengan budget yang enggak cukup di situ ya. Sehingga polanya ya masih seperti yang dulu-dulu. Memang sekarang ada sistem review terhadap atlet dari nomor atau cabor yang diberangkatkan. Sudah lumayan bagus, tapi belum on the track sesuai dengan arah dari pola pembinaan yang termaktub dalam desain besar olahraga nasional," ujar Djoko.

Baca juga:

Sementara itu, Pengamat Olahraga Fritz Simanjuntak menilai pola pembinaan atlet olahraga di tanah air terkendala oleh fasilitas pusat pelatihan.

Dia membandingkan dengan pusat pelatihan yang pernah difasilitasi saat era Presiden Soekarno. Menurutnya, prestasi atlet Indonesia menurun sejak fasilitas penunjang atlet dihilangkan.

"Lho itu sangat urgen sejak itu dirobohkan oleh Presiden Soeharto dan dijadikan mal dan apartemen dan terakhir itu ada hotel di Senayan itu, kita habis prestasi SEA Games. Indonesia enggak bisa bangkit. Jadi udah kelihatan kok, itu udah bukti nyata. Dan saya bingung bahwa pemimpin Indonesia sejak itu tidak ada yang menganggarkan agar dibuat lagi. Meniru saja, meniru seperti yang dilakukan oleh Bung Karno," kata Fritz kepada KBR, Jumat (5/10/2023).

Fritz menilai ketiadaan pusat pelatihan membuat olahraga nasional makin mengkhawatirkan. Dia menyayangkan ada cabang olahraga yang menumpang instansi tertentu untuk berlatih.

"Padahal Olimpiade mereka sudah menyumbangkan, Asian Games berkali-kali kan juga, tapi mereka latihan di kompleks Marinir yang saya pernah lihat, saya kunjungi itu ya enggak lengkap. Jadi yang paling utama itu. Presiden membuat pelatihan nasional di IKN untuk sepak bola, tapi bagaimana untuk cabang-cabang lain yang memiliki, yang menyumbang prestasi, yang menyumbang medali bagi Asian Games dan Olimpiade bagi Indonesia. Jadi salahnya di pemerintah, sudahlah konsepnya," katanya.

Baca juga:

Sebelumnnya, Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia masuk 10 besar pada Asian Games 2023. Ini lebih tinggi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang menargetkan peringkat ke-12.

“Meskipun tadi Menteri Pemuda dan Olahraga sudah mengkalkulasi kira-kira akan jatuh rankingnya di ranking 12, buat saya kok jauh banget. Jangan 12 lah, saya minta masuk ke 10 besar. Saya tahu menjadi tuan rumah dan tidak menjadi tuan rumah itu beda, saya tahu. Jadi kembali lagi target saya masuk ke 10 besar, biasanya hitungan saya nggak meleset,” ujarnya, Selasa (19/09/2023).

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!