Tepatkah Sikap Pemerintah Tolak Bantuan Internasional Tangani Bencana Sumatra?
Tepatkah Sikap Pemerintah Tolak Bantuan Internasional Tangani Bencana Sumatra?

Pakar Hubungan Internasional mengingatkan agar penolakan bantuan dari luar negeri jangan sampai terkesan Indonesia "sombong" di mata dunia

Lihat Semua
Advertisement image
GEN Z GAK LEMAH! Cara Lawan Ketidakadilan Biar Gak Kena Mental (ft. Virdian Aurellio)
GEN Z GAK LEMAH! Cara Lawan Ketidakadilan Biar Gak Kena Mental (ft. Virdian Aurellio)Disko
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
PLOT TWIST! Ternyata Gen Z paling rajin ngulik berita (kata hasil survei UNICEF 2025). Tetapi, Gen Z juga paling gampang overwhelmed. Bagaimana cara Virdian Aurellio "Lawan Buta Politik" tetap kritis tapi tidak burnout? Kuncinya: "Get Angry, Get Involved." Semua itu politis, gaes. Jangan takut ngobrolin politik dan jangan berharap diselamatkan Superman. Kita kolektif! Tonton sampai akhir agar kamu sadar power kita.
Payung Hukum untuk Masyarakat Adat
Payung Hukum untuk Masyarakat AdatPerspektif Baru
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Selama puluhan tahun, masyarakat adat terus memperjuangkan pengakuan dan perlindungan atas hak dan wilayah mereka. Padahal konstitusi telah memandatkan hadirnya undang-undang khusus, namun hingga kini payung hukum yang komprehensif belum kunjung disahkan. Lalu, mengapa RUU Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat begitu penting? Apa dampaknya bagi keberlanjutan hidup dan identitas masyarakat adat di seluruh Indonesia? Saurlin P. Siagian, Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan HAM, menjelaskan urgensi regulasi ini serta perjalanan panjang perjuangan masyarakat adat. Simak pembahasannya hanya di Podcast Perspektif Baru.
Kala Warga Gugat Negara: Tetapkan Bencana Nasional untuk Sumatra
Kala Warga Gugat Negara: Tetapkan Bencana Nasional untuk SumatraRuang Publik
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Presiden Prabowo disomasi ratusan organisasi masyarakat sipil pada Rabu (10/12), untuk menetapkan banjir dan longsor Sumatra sebagai bencana nasional. Situasi kemanusiaan, kerusakan infrastruktur, dan skala dampak ekologisnya dinilai memenuhi seluruh indikator penetapan status tersebut. Somasi ini menguatkan gugatan warga negara (citizen lawsuit) kepada 12 pejabat negara oleh sejumlah warga Sumatra Barat. Gugatan itu dialamatkan kepada presiden hingga kepala daerah karena dianggap lalai mencegah dan menangani bencana ekologis di Sumatra.Desakan penetapan bencana nasional untuk banjir-longsor Sumatra sudah kencang disuarakan sejak awal, tetapi tak digubris. Pemerintah malah berulang kali mengklaim kecukupan anggaran untuk penanganan bencana Sumatra. Prabowo menjanjikan Rp4 miliar kepada 52 kabupaten/kota dan Rp20 miliar untuk provinsi terdampak bencana.Mengapa aspirasi warga lewat gugatan ini harus didengarkan pemerintah? Apa konsekuensinya? Apakah alokasi anggaran yang disiapkan pemerintah cukup memulihkan semua area terdampak?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Juru Bicara Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh Murthalamuddin dan Direktur LBH Banda Aceh Aulianda Wafisa.
Tarik Ulur Bantuan Asing untuk Bencana Sumatra
Tarik Ulur Bantuan Asing untuk Bencana SumatraRuang Publik
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Tiga pekan usai bencana ekologis mengguncang Sumatra, pemerintah pusat dan daerah terkesan berselisih jalan menyikapi tawaran bantuan dari luar negeri. Jajaran kabinet Prabowo tegas menolak bantuan internasional dan bersikukuh mampu menangani sendiri situasi krisis ini. DPR pun mendukungnya. Sementara, Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) malah mengonfirmasi masuknya bantuan asing dari Malaysia dan China berupa tenaga medis, relawan, dan obat-obatan.Sikap pusat dikritik karena memperlambat penanganan dan pemulihan pascabencana. Padahal masih banyak korban hilang, sejumlah wilayah terisolasi, hingga ratusan ribu pengungsi yang sulit mengakses kebutuhan dasar.Tepatkah sikap pemerintah menolak bantuan asing? Bagaimana jika dibandingkan dengan situasi pascabencana tsunami 2004? Apa saja risikonya ketika Indonesia membuka pintu untuk bantuan internasional dan bagaimana bila tetap menolak? Atau adakah titik tengah yang bisa diupayakan?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Dr. Avianto Amri, ST, MRes dan Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah, Ph.D.
Darurat Pendidikan Anak-anak Terdampak Bencana Sumatra
Darurat Pendidikan Anak-anak Terdampak Bencana SumatraRuang Publik
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Per 7 Desember, sebanyak 2.900 sekolah rusak imbas bencana ekologis di Sumatra, menurut data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kegiatan belajar mengajar dan ujian akhir sekolah terhambat.Kemendikdasmen mengalokasikan Rp13,3 miliar untuk memulihkan pelaksanaan pendidikan di tiga provinsi terdampak. Pembelajaran darurat diberlakukan lewat berbagai pendekatan disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah. Apakah berbagai upaya ini cukup untuk memastikan pemenuhan hak pendidikan anak-anak terdampak bencana Sumatra? Bagaimana mengantisipasi anak putus sekolah dan dampak berantai lain imbas bencana Sumatra?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Koordinator Advokasi dan Program Seknas Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ari Hardianto, dan Pengamat Pendidikan Indonesia Education Monitoring Centre (IEMC) Ina Liem.
Tetap Miskin Walau Hidup di Lumbung Migas
Tetap Miskin Walau Hidup di Lumbung MigasSaga
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Kabupaten Bojonegoro dikenal sebagai lumbung energi terbesar di Indonesia, tempat urat nadi minyak dan gas nasional berdenyut. Perkiraannya, seperempat cadangan minyak nasional dipasok dari sini. Ironisnya, di balik gemerlap pendapatan daerah yang melimpah ruah dari perut bumi, Bojonegoro menyimpan fakta pahit. Keberadaan sumur-sumur emas tersebut gagal menjadi penawar mujarab bagi masalah klasik: kemiskinan. Alih-alih menjadi daerah yang makmur, Bojonegoro justru masih berjuang memerangi tingginya angka kemiskinan dan ketimpangan. Inilah paradoks Bojonegoro: daerah yang kaya raya oleh alam, tetapi terperangkap dalam lingkaran kemiskinan yang tak berujung. Alih suara: Pariyem: Astri Yuanasari Supatmi: Malika Kismiyati: Naomi Nuspita: Astri Septiani --- Editorial: Nurika Manan, Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati, Malika Sound Designer: Bintang Elian
Mendesak Percepatan Mitigasi Dampak Bencana Sumatera
Mendesak Percepatan Mitigasi Dampak Bencana SumateraRuang Publik
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara sudah lewat sepekan, tetapi distribusi bantuan untuk para korban belum merata. Bahkan, masih ada daerah terisolir, seperti di Tapanuli Tengah dan Aceh Tengah, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sementara korban terus bertambah, per Selasa, 2 Desember, tercatat 708 orang meninggal dunia, sedangkan 499 orang masih dicari. Jumlah pengungsi mencapai puluhan ribu jiwa yang tersebar di berbagai titik.Pemerintah menjanjikan penanganan bencana Sumatera bakal cepat dan tepat sasaran. Kementerian Sosial mengklaim sudah menyalurkan bantuan logistik ke warga terdampak senilai Rp19 miliar.Namun, di lapangan, banyak warga mengeluhkan pasokan makanan menipis, komunikasi dan akses terputus, BBM langka, harga pangan melonjak, bahkan tak sedikit yang belum mendapat bantuan sama sekali.Bagaimana perkembangan terkini di lapangan? Kenapa penanganan dan distribusi bantuan untuk korban bencana Sumatera begitu lambat? Apa solusinya agar korban segera mendapat pertolongan?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Ketua DPC GMNI Padangsidimpuan Pahmi Yahya Damanik, Relawan Tapanuli Tengah Boy Trimandez, dan Direktur Eksekutif WALHI Sumatera Utara Rianda Purba.
Mimpi Menghidupkan Lagi Hutan Sumatra Pascabencana
Mimpi Menghidupkan Lagi Hutan Sumatra PascabencanaRuang Publik
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Bahaya masifnya deforestasi termasuk di Sumatra sudah nyaring disuarakan sedari lama. Namun, peringatan itu baru didengar pascabencana banjir-longsor melanda Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, alias sudah terlambat. Pemerintah kalang-kabut. Kementerian Kehutanan merespons dengan menyegel 7 subyek hukum per Senin (8/12), yang terindikasi sebagai dalang terjadinya bencana. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup menyetop sementara aktivitas perusahaan yang beroperasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru, Sumatra Utara, untuk audit lingkungan. Termasuk di dalamnya, perusahaan sawit, tambang, dan pembangkit listrik. Di Senayan, para wakil rakyat merespons dengan berencana membentuk panitia kerja (panja) alih fungsi lahan. Namun, mereka baru mulai rapat setelah reses, artinya paling cepat pertengahan Januari 2026. Apa yang bisa diharapkan dari kebijakan pemerintah dan DPR untuk pemulihan hutan Sumatra? Apakah ada strategi lain yang lebih tepat? Seperti apa data terbaru kerusakan lingkungan di Sumatra akibat alih fungsi lahan? Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS Slamet dan Kepala Kampanye Global untuk Hutan Indonesia Greenpeace Kiki Taufik.
Nasib Kelompok Rentan Terdampak Bencana Sumatra
Nasib Kelompok Rentan Terdampak Bencana SumatraRuang Publik
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Ratusan ribu kelompok rentan terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatra selama dua pekan terakhir. Perempuan, anak, lansia, dan kelompok disabilitas kesulitan mendapat layanan kesehatan akibat fasilitas kesehatan rusak, terendam, bahkan tidak dapat beroperasi.Akses ke sejumlah rumah sakit dan puskesmas juga terputus akibat jembatan ambruk, jalan longsor, serta pasokan listrik dan BBM yang tidak tersedia. Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 31 rumah sakit dan 156 puskesmas terdampak bencana Sumatera.Sementara ancaman baru mulai menyergap dalam bentuk penyakit menular, infeksi kulit, gangguan pencernaan, hingga penyakit pernapasan.Bagaimana situasi terkini di lapangan? Bagaimana memaksimalkan layanan kesehatan khususnya bagi kelompok rentan di tengah bencana Sumatera? Apa strategi pemerintah?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum, ST., MIDS, dua relawan banjir Sumatra Boy Trimandez Tamba dan Syafei Irman, serta Ketua Pusat Studi Perempuan, Keluarga, dan Bencana (PSPKB) UNISA Yogyakarta Dr. Islamiyatur Rokhmah, SAg, MSI.
Radikalisme di Media Sosial
Radikalisme di Media SosialPerspektif Baru
Silahkan login untuk menambahkan ke playlist
Masyarakat dikejutkan oleh temuan Densus 88 bahwa lebih dari seratus anak berusia 10–18 tahun terpapar konten radikal, intoleransi, hingga kekerasan melalui media sosial. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang bagaimana kelompok teroris memanfaatkan ruang digital untuk menyasar generasi muda yang rentan. Lalu, mengapa anak-anak begitu mudah dipengaruhi? Bagaimana peran keluarga, sekolah, dan negara dalam mencegah paparan radikalisme di era digital yang serba cepat ini? Margaret Aliyatul Maimunah, Ketua KPAI Periode 2022–2027, berbagi penjelasan mengenai faktor kerentanan anak, pola penyebaran paham radikal melalui media sosial, serta langkah konkret yang harus dilakukan semua pihak untuk melindungi anak. Simak pembahasannya hanya di Podcast Perspektif Baru.
Article Image

Advertisement image
Advertisement image
Loading...
Serial
Mengangkat topik-topik tertentu secara mendalam dan berkesinambungan. Disajikan dalam beberapa episode, setiap serial disusun dengan alur yang terstruktur dan narasi yang kuat, agar pembaca bisa mengikuti ceritanya dengan mudah dan memahami konteks di balik setiap isu.
Advertisement image
Advertisement image