NASIONAL

Tinjau Ulang Pembangunan yang Tak Sejahterakan Perempuan dan Anak

Selama ini proyek-proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah kerap menimbulkan konflik yang juga pasti berdampak kepada perempuan dan anak.

AUTHOR / Astri Yuanasari

Pembangunan
Komisioner Komnas Perempuan Subkomisi Pendidikan, Alimatul Qibtiyah dalam Seminar HUT Korpri ke-51 (5/12/2023). (Foto: antaranews)

KBR, Jakarta - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyebut, pembangunan yang berdampak pada ketidaksejahteraan atau malah membuat semakin rentannya perempuan dan anak, maka kebijakan pembangunan itu perlu ditinjau kembali.

Komisioner Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah menilai, selama ini proyek-proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah kerap menimbulkan konflik, baik itu konflik sumber daya alam, atau konflik agraria yang juga pasti berdampak kepada perempuan dan anak.

"Artinya kalau kita bicara tentang konflik secara umum, maka kelompok yang paling terdampak itu adalah perempuan dan anak, dengan segala macam risiko-risiko yang ditimbulkan dari konflik itu. Karena sebenarnya tanpa konflik pun kekerasan terhadap perempuan itu kan juga terjadi ya, apalagi di saat konflik itu juga biasanya juga semakin rentan sih, kejadian-kejadian kekerasan terhadap perempuan itu," kata Alimatul kepada KBR, Kamis (21/9/2023).

Alimatul mencontohkan, ketika terjadi konflik akibat proyek-proyek pembangunan dari pemerintah --- bila sampai ayah atau suami mereka menjadi korban ---, maka tulang punggung keluarga harus berpindah kepada perempuan.

"Kemudian juga kalau terjadi konflik itu biasanya juga kadang-kadang sampai kepada merusak fasilitas-fasilitas umum, yang itu banyak juga digunakan oleh kebutuhan-kebutuhan mendesak perempuan sehingga juga berdampak," imbuhnya.

Baca juga:

- Kasus Rempang, Komnas HAM Soroti Dampak Buruk Penembakan Gas Air Mata

- Buntut Rusuh di Pulau Rempang, Trauma Healing Jadi Tuntutan

Alimatul pun meminta pemerintah agar merinci lagi rencana-rencana pembangunan yang akan dilakukan, serta dampak-dampak yang akan ditimbulkan.

"Karena seperti kita ketahui, memang kejadian di (Pulau) Rempang itu kan banyak menimbulkan kontroversi dan menimbulkan konflik yang kemudian lagi-lagi ketika konflik akhirnya ya perempuan dan anak yang kena dampaknya," pungkasnya.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!