NASIONAL

Buntut Rusuh di Pulau Rempang, Trauma Healing Jadi Tuntutan

Saat ini Walhi Riau dan jaringan lebih fokus untuk mendampingi masyarakat yang ditahan oleh aparat keamanan, pascakerusuhan.

AUTHOR / Astri Yuanasari

Pulau Rempang
Polda Kepulauan Riau memastikan situasi telah kondusif. Pengamanan terpadu dilakukan humanis. (8/9/2023). (Foto: ANTARA/Holdan P/Satrio G/Rully Y)

KBR, Jakarta - Koordinator Media dan Penegakan Hukum Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau, Ahlul Fadhli mengatakan, saat ini pihaknya belum bisa memasuki wilayah Pulau Rempang di Batam, Kepulauan Riau. Padahal, Walhi Riau bersama elemen relawan lain ingin melakukan pendampingan dan trauma healing kepada korban kerusuhan Rempang, khususnya perempuan dan anak-anak.

Ahlul mengatakan, Walhi Riau dan Jaringan Solidaritas Nasional untuk Rempang, masih mendorong lembaga pemerintah yang bergerak di bidang perempuan dan anak untuk masuk dan melakukan pendampingan.

"Kalau yang untuk itu kan rencananya memang minta dorong Komnas perempuan untuk masuk. karena kan pasca bentrok itu diisolasi sama pihak keamanan. jadi karena kita dianggap orang luar sana jadi akses dibatasi. jadi kalau misalkan ada dari lembaga pemerintah yang bisa masuk kita seharusnya bisa ikut di tim mereka. tapi informasinya kita belum dapat kabar bahwa apakah mereka bisa turun atau enggaknya sampai sekarang," kata Ahlul saat dihubungi KBR, Rabu (13/9/2023).

Ahlul juga mengatakan, saat ini Walhi Riau dan jaringan lebih fokus untuk mendampingi masyarakat yang ditahan oleh aparat keamanan, pascakerusuhan.

Sebelumnya, kericuhan pecah buntut penolakan warga Pulau Rempang terkait Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City. Saat membubarkan massa, aparat keamanan menembakkan gas air mata yang juga berdampak pada dua sekolah yakni SD Negeri 24 Galang dan SMP Negeri 22 Galang. Akibat peristiwa ini, banyak anak-anak yang mengalami trauma.

Polda Kepri Klain Trauma Healing Sudah Dilakukan

Sementara itu, Kabid Humas Polda Kepulauan Riau Zahnawi Pandra Arsyad mengatakan, kepolisian telah melakukan upaya trauma healing untuk masyarakat Pulau Rempang pascakerusuhan yang terjadi pada Kamis (7/9) pekan lalu. Kerusuhan tersebut buntut penolakan warga Pulau Rempang terkait Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City.

Pandra menyebut, posko kesehatan dan trauma healing sudah didirikan sehari pascakerusuhan.

"Rasa kemanusiaan Polri terhadap masyarakat Rempang kita dirikan posko pelayanan kesehatan dan juga kita memberikan trauma healing atau yang kita sebut dengan PTSD, post trauma social disorder. Jadi di situ mungkin kemarin anak-anak itu merasa trauma melihat anggota Polri ya artinya pada saat pengamanan aksi unjuk rasa itu yang berdampak sampai anak-anak itu menjadi trauma," kata Pandra kepada KBR, Rabu (13/9/2023).

Baca juga:

- Jokowi: Jangan Represif Tangani Konflik Lahan di PSN

- Respons Bahlil Lahadalia di Konflik Rempang Eco City

Pandra mengakui, sekolah-sekolah di Rempang memang sempat ditutup sementara, karena instruksi dari kepala sekolah. Ia menyebut, setelah kejadian pada Kamis (7/9) pekan lalu, hari Jumat sekolah ditutup, dan mulai dibuka lagi pada Selasa (12/9) kemarin.

"Ditutup waktu hari Kamis kejadian, Jumat ditutup, terus Senin juga masih ditutup. Nah baru Selasa tuh masuk, itu pun waktu masuk pertama hanya 25%, masuk kedua 50%, nah waktu masuk ke-3 sekarang sudah mendekati 100% bahkan anak-anak itu merasa senang," imbuhnya.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!