NASIONAL

Temuan KPI, Penerima Bansos Diancam untuk Pilih Capres Tertentu di Pemilu 2024

"Bansos juga dijadikan ancaman kalau tidak memilih paslon tertentu, capres tertentu maka bansos akan dihentikan."

AUTHOR / Shafira Aurel

Temuan KPI, Penerima Bansos Diancam untuk Pilih Capres Tertentu di Pemilu 2024
Ilustrasi - Petugas memotret warga penerima BLT saat penyaluran bansos di Medan, Sumatera Utara, Minggu (3/12/2023). (Foto: ANTARA/Yudi)

KBR, Jakarta - Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) mengklaim menemukan ada ancaman yang diterima penerima bantuan sosial (bansos) berkaitan dengan politik.

Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Mikewati Vera Tangka mengatakan ancaman ini merupakan bentuk intimidasi untuk memilih calon tertentu pada Pemilu 2024.

Mikewati mengatakan kebanyakan penerima bansos adalah perempuan atau ibu rumah tangga. Mereka mengaku takut dan terintimidasi saat menerima bansos tersebut.

"Bansos juga dijadikan ancaman kalau tidak memilih paslon tertentu, capres tertentu maka bansos akan dihentikan. Ini yang menurut saya juga sangat memalukan ya, untuk ukuran demokrasi kita ya. Untuk ukuran kampanye kita. Bansos ini nggak ada hubungannya dengan pemilu. Bansos ini adalah program pemerintah, program yang itu dimandatkan oleh undang-undang. Siapapun presidennya, bansos harus tetap jalan," ujar Vera, dalam konferensi pers, Minggu (7/1/2024).

Baca juga:


Mikewati Vera Tangka juga menyayangkan banyaknya program bansos yang tidak tepat sasaran dan kerap disalahgunakan.

Ia juga dugaan politisasi bansos ini tidak hanya terjadi pada saat pemilu. Menurut Mikewati, pengelolaan bansos secara keliru sudah berlangsung sebelum pemilu.

Vera mendorong stakeholders terkait untuk mengambil sikap tegas dengan memberikan sanksi. Ia berharap, kedepan para peserta pemilu tidak lagi memanfaatkan bansos untuk mendulang suara rakyat semata.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!