NASIONAL

KontraS: Jokowi Membiarkan Intimidasi dan Represi Menjelang Pemilu

Ada lima tokoh yang menjadi sasaran intimidasi dan represi berkaitan dengan pemilu.

AUTHOR / Heru Haetami

KontraS: Jokowi Membiarkan Intimidasi dan Represi Menjelang Pem
Ilustrasi pembungkaman kritik.

KBR, Jakarta- Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengecam keras segala bentuk intimidasi dan teror yang dilakukan oleh unsur negara kepada berbagai pihak menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya mencatat, ada lima tokoh yang menjadi sasaran intimidasi dan represi berkaitan dengan pemilu.

"Pak Jokowi benar memang beliau bilang bahwa 'saya tidak melakukan pembatasan'. Tapi, Pak Jokowi melakukan pembiaran. Karena tugas dari kepala negara, kepala pemerintahan itu adalah melakukan upaya untuk menjamin bentuk-bentuk kebebasan terutama kebebasan berpendapat dan berekspresi. Dan itu sebenarnya termaktub dalam konstitusi undang-undang. Pak Jokowi selaku presiden itu tidak menggunakan otoritasnya atau kewenangannya untuk melakukan upaya-upaya perbaikan situasi kebebasan. Sehingga terjadi itu menimbulkan kekacauan di masyarakat," kata Dimas kepada KBR, Selasa, (19/12/2023).

Menggerus Kebebasan Sipil

Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya mengungkap, intimidasi terbaru, diarahkan pada Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM UGM), Gielbran Muhammad Noor. Gielbran mendapatkan serangkaian teror berupa didatangi intel ke kampus dan doxing di media sosial mengenai latar belakang keluarganya.

Kata Dimas, hal tersebut disebabkan kritikan BEM UGM yang menyebut Presiden Joko Widodo sebagai alumnus paling memalukan.

"Intimidasi dan teror semacam ini kami nilai sangat berbahaya bagi demokrasi serta hanya akan terus menggerus kebebasan sipil. Terlebih, menjelang hari pencoblosan pada 14 Februari 2024 nanti, ruang pengawasan dalam kerangka check and balances seharusnya terbuka luas," katanya.

Didatangi Aparat Mengaku Babinsa

Dimas menyebut, kasus Gielbran bukan kali pertama, sebelumnya Ketua BEM Universitas Indonesia, Melki Sedek Huang juga mendapatkan perlakuan serupa. Kata dia, orang tua Melki yang berada di Pontianak, Kalimantan Barat, didatangi aparat yang mengaku Babinsa. Melki juga mendapatkan serangan digital berupa peretasan terhadap akun WhatsApp-nya.

"Setelah rangkaian kritiknya bersama mahasiswa lainnya terhadap situasi demokrasi khususnya yang terjadi di Mahkamah Konstitusi," ujar Dimas.

Selain itu, Ketua bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI), Rizki Agus Saputra bahkan mendapatkan serangan fisik berupa pengeroyokan oleh orang yang tidak dikenal pada 15 Desember 2023.

"Rizki mengaku dikeroyok tiga orang yang berseragam militer. Serangan ini diduga berelasi dengan aktivitasnya melaporkan kebocoran data kepada pimpinan KPU dan DKPP terkait pelaksanaan Pemilu Serentak 2024," ungkapnya.

Baca juga

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!