"Kalau dihitung, setiap jam itu tujuh perempuan terdiagnosis kanker payudara"
Penulis: Aura Antari
Editor: Rony Sitanggang

KBR, Jakarta- Kanker payudara menempati peringkat pertama sebagai kanker dengan kasus baru terbanyak di Indonesia. Sementara itu, peringkat tiga sebagai kanker dengan angka kematian tertinggi setelah paru dan hati.
Tahun 2020, hampir 400 ribu kasus kanker baru terjadi di indonesia. Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Penyakit Tidak Menular, Theresia Sandra Diah Ratih pada Webinar Series Kader dalam Rangka Hari Kanker Sedunia 2025 mengatakan, 54 persen diantaranya terjadi pada perempuan, didominasi kanker payudara dan kanker leher rahim.
"Kalau dihitung, setiap jam itu tujuh perempuan terdiagnosis kanker payudara dan empat perempuan terdiagnosis kanker leher rahim setiap jam selama setahun," ungkap dia, Jumat, 28 Februari 2025.
Sandra mengatakan kanker payudara dapat disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya adalah merokok (pasif maupun aktif), mempunyai riwayat tumor jinak di payudara, melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun, tidak pernah menyusui anak, menopouse, obesitas, haid pada usia sebelum 12 tahun, dan keturunan.
Sandra menghimbau masyarakat rutin memeriksa payudara sendiri sekali setiap bulan untuk menemukan benjolan atau tanda-tanda lain pada payudara sedini mungkin.
Menurutnya, perubahan sekecil apapun patut dicurigai dan diperiksa lebih lanjut ke puskesmas terdekat. Para ibu juga perlu melakukan edukasi pada anak-anak sebagai pencegahan kanker payudara pada anak.
"Kalau kita upayakan, ajarkan juga kepada anak-anak kita, ajarkan kepada tetangga, dan kita melakukan Sadari. Kita periksa payudara kita sendiri, kita raba melalui perabaaan bisa berputar, bisa dari atas ke bawah, dan sebagainya. Kita coba cek kemungkinan adanya benjolan. Kemudian adanya tanda-tanda lain lagi yang ada di payudara itu," ujarnya.
Baca juga:
- Hari Kanker Sedunia, Kemenkes: Kematian Mencapai 70 Persen
- Kelompok Usia yang Mendapat Skrining Kesehatan Gratis Mulai Februari 2025
Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Penyakit Tidak Menular, Theresia Sandra Diah Ratih menambahkan dibandingkan kanker payudara yang dapat dipantau sendiri, kanker leher harim harus dipantau oleh tenaga profesional. Sehingga menurutnya, sangat penting untuk melakukan imunisasi sebelum terjadi infeksi.
"Oleh karena, itu kita canangkan, kita upayakan supaya pada tahun 2030, kita bisa menurunkan kasus kanker leher rahim sebanyak-banyaknya. Dengan cara tentu saja imunisasi, deteksi dini, kemudian kita obatin," kata Sandra.
Sandra mengatakan risiko kanker rahim dapat meningkat ketika melakukan hubungan seksual di usia kurang dari 18 tahun, berganti-ganti pasangan seksual, merokok (pasif maupun aktif), hingga kurang menjaga kebersihan alat kelamin.