NASIONAL

Jemaah Haji yang Wafat Bertambah Lima, Total 83 Orang

Jemaah yang wafat di Makkah berjumlah 49 orang, di Madinah sebanyak 31 orang dan di Jeddah sebanyak 3 orang.

AUTHOR / Shafira Aurel

jemaah haji
Calon jemaah haji memasuki pesawat di Bandara internasional Minangkabau, Sumatera Barat, Sabtu, (4/6/2022) (FOTO: ANTARA/Iggoy).

KBR, Jakarta - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) melaporkan jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci bertambah lima orang menjadi 83 orang. Koordinator Media Center Haji (MCH) Pusat Dodo Murtado mengatakan, mayoritas jemaah yang meninggal berada di Makkah.

"Sampai saat ini total jemaah yang wafat di Arab Saudi kurang lebih sebanyak 83 orang. Dengan rincian jemaah yang wafat di Makkah berjumlah 49 orang, di Madinah sebanyak 31 orang, dan di Jeddah sebanyak 3 orang. Sesuai ketentuan jemaah yang wafat akan di badal-hajikan (menghajikan orang yang belum berhaji karena keadaan uzur atau wafat)," ujar Dodo, dalam konferensi pers, Senin (19/6/2023).

Koordinator Media Center Haji (MCH) Pusat Dodo Murtado merinci, lima jemaah tersebut adalah Hasan Basri (85) dan Satiem Murngali Abdullah (86) dari embarkasi Medan, Enoh Aja Ramaim (58) dari embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 44), dan Yeni (63) dari embarkasi Batam.

Baca juga:

Dodo menambahkan, menjelang puncak haji pihaknya akan terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja. Kata dia, sampai saat ini ibadah haji berlangsung dengan aman dan sesuai dengan perencanaan pemerintah.

“Pada momen puncak haji khususnya pada fase Mina, jemaah harus jalan kaki ke Jamarat untuk lempar jumrah. Jarak tempuh terdekat antara tenda ke Jamarat sekitar 3 KM, kalau pergi pulang berarti 6 KM. Sementara jarak terjauh mencapai 7 KM, kalau pergi pulang 14 KM,” kata Dodo.

Pada rute Mina-Jamarat, PPIH menyiapkan petugas layanan lansia yang dibekali dengan dengan sejumlah perangkat, termasuk 100 kursi roda dan 15 mobil golf.

“Fasillitas kursi roda dengan jumlah signifikan serta mobil golf di Mina menjadi salah satu terobosan baru dan ikhtiar PPIH melayani jemaah, khususnya jemaah lansia yang jumlahnya tahun ini mencapai kurang lebih 67 ribu jemaah,” sambungnya.

Penyakit Jantung

Di sisi lain, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah mengungkap salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian terbanyak dari jemaah haji adalah penyakit jantung.

Penanggungjawab Medis KKHI Makkah Muhaimin Munizu menyampaikan, penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbit.

Muhaimin menyebut, seseorang berusia di atas 45 tahun pada laki-laki dan di atas 55 tahun pada wanita, berisiko terkena penyakit jantung. Kata dia, fenomena peningkatan jumlah jemaah haji lansia tahun ini, menjadi peringatan pada pemantauan pelayanan kesehatan terutama terkait penyakit jantung.

Baca juga:

Faktor risiko kedua adalah penyakit komorbit seperti hipertensi, diabetes melitus, dan gangguan kolesterol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit jantung. Muhaimin mengatakan, berdasarkan pemantauan Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH), banyak jemaah haji lansia yang memiliki penyakit penyerta tersebut.

Muhaimin menambahkan, ada jemaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau dengan gagal jantung. Oleh karenanya, jemaah haji dengan riwayat penyakit jantung dan faktor risiko, menjadi prioritas bagi petugas kesehatan untuk dilakukan pemantauan terus-menerus.

Lebih jauh Muhaimin meminta jemaah haji mewaspadai faktor pencetus terjadinya gangguan akut pada jantung atau lebih dikenal dengan serangan jantung, seperti aktifitas fisik yang melampaui kemampuan hingga menimbulkan kelelahan, istirahat yang kurang, dan ditambah dengan cuaca ekstrem.

''Banyak jemaah haji sakit yang dirujuk di KKHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, dengan keluhan serangan jantung, mayoritas sebelumnya menjalani aktifitas fisik yang berat seperti umrah. Pasien mengalami serangan jantung pasca melakukan tawaf atau sai,'' ucap Muhaimin, Minggu, (18/6/2023).

Baca juga:

Muhaimin menegaskan, jemaah haji dengan penyakit jantung masih bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar, namun harus disesuaikan dengan kemampuan dan tidak memaksakan diri. Oleh karenanya jemaah haji dengan penyakit jantung disarankan untuk menggunakan bantuan kursi roda. Serta diimbau untuk menjalankan aktivitas pada malam hari untuk menghindari cuaca panas yang ekstrem.

''Seharusnya jemaah dengan penyakit jantung tidak dipaksakan untuk melakukan aktivitas fisik yang berat. Solusinya bisa difasilitasi dengan penggunaan kursi roda. Selain itu disarankan kepada jemaah haji untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan ibadah wajib seperti pada malam hari untuk menghindari cuaca ekstrem,'' jelasnya.

Editor: Muthia Kusuma

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!