NASIONAL

Jelang Pemilu, Densus: Radikalisme Meningkat

“Pesta demokrasi murni untuk memilih pemimpin bukan untuk membentuk polarisasi di masyarakat."

AUTHOR / Rifandi Fahrezi

Polarisasi Pemilu
Kadensus 88 Marthinus Hukom saat Dialog Kebangsaan bertema ‘Strategi Pencegahan Terorisme dan Radikalisme’ Sespim Lemdiklat Polri, Rabu (24/08/23). (Polri)

KBR, Jakarta- Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Marthinus Hukom mengatakan, jelang Pemilihan Umum (Pemilu) tensi politik yang tinggi serta polarisasi yang terjadi pada masyarakat akan meningkatkan radikalisme dan terorisme.

“Apalagi ketika kita menggunakan politik-politik identitas dengan mengusung identitas parsial. Identitas parsial adalah orang-orang yang termarjinalkan, lalu mereka menonjolkan identitas mereka sebagai identitas yang paling menonjol dibandingkan identitas lain. Lalu, ketika identitas ini menjadi superior mereka melihat orang lain sebagai inferior, di situ terjadi kekerasan,” kata Marthinus dalam acara Dialog Kebangsaan bertema ‘Strategi Pencegahan Terorisme dan Radikalisme’ di Sespim Lemdiklat Polri, Kamis (24/8/2023).

Marthinus mengatakan, Densus 88 harus mampu menganalisis intelijen guna mengantisipasi adanya kelompok-kelompok yang ingin memanfaatkan ketegangan politik.

“Kami mempunyai prinsip-prinsip untuk melakukan analisis intelijen. Pertama, adalah dari database yang ada, kedua dari sejarah-sejarah pemilihan presiden (Pilpres) yang ada,” ucap Marthinus.


Baca juga:

Kadensus 88 88 Marthinus Hukom menambahkan, lembaganya harus mengantisipasi tokoh-tokoh yang sering menggunakan isu-isu politik identitas dan isu lain yang dapat memantik radikalisme dan terorisme.

“Pesta demokrasi murni untuk memilih pemimpin bukan untuk membentuk polarisasi di masyarakat. Marilah kita menghindari penggunaan identitas parsial, karena identitas parsial ini sudah pasti membentuk polarisasi di masyarakat. Jadi, semuanya ini adalah tanggung jawab semua elemen untuk menjaga ini semua,” tutup Marthinus.

Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!