NASIONAL

Harga Gula Naik, UMKM Mamin Putar Otak untuk Bertahan Hidup

Pelaku UMKM makanan dan minuman terpaksa menaikan harga atau mengubah ukuran untuk menutupi biaya produksi. Harga rata-rata gula konsumsi di tingkat pedagang grosir sebesar Rp13.970 per kg.

AUTHOR / Heru Haetami

harga gula
Pelaku UMKM menghias kue bolu di rumah produksi Tasikmadu, Malang, Jawa Timur, Rabu (20/9/2023). (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)

KBR, Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan terjadi kenaikan harga gula di beberapa daerah di Tanah Air.

Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, pada Kamis (21/9/2023) pukul 19.00 WIB, harga rata-rata gula konsumsi di tingkat pedagang grosir sebesar Rp13.970. Di tingkat pedagang eceran harga gula konsumsi berada di angka Rp15.020 per kilogram.

Deputi Bidang Kerawanan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwignyo, naiknya harga gula terjadi setelah melakukan perubahan terhadap harga acuan pemerintah (HEP), untuk pembelian gula yang semula adalah 11.000 dinaikkan menjadi 12.500.

"Angka ini kalau tadi terjadi kenaikan yang agak signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya yang relatif stabil. Itu terjadi akibat dampak dari kenaikan dari Perbadan Nomor 17 tahun 2023. Kenaikan itu sudah kita sadari dan menjadi karena kami harus menjaga harga acuan produksi untuk gula," kata Nyoto dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2023, Senin (18/9/2023).

Deputi Bidang Kerawanan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwignyo mengeklaim, sebelum menerbitkan Peraturan Bapanas nomor 17/2023 tentang HEP, Bapanas telah mengantisipasi situasi kenaikan yang diakibatkan kenaikan BBM hingga dampak siklus El Nino.

"Memang terjadi kenaikan akibat dampak dari kenaikan BBM dan situasi global serta El Nino sehingga sudah sekian lama belum kita sesuaikan, dan penyesuaiannya baru kita bisa lakukan pada bulan Juli dan kemudian dampaknya terasa hingga kini," katanya.

Nyoto memastikan dalam waktu dekat harga gula kembali stabil dan normal.

Bapanas melalui Prognosa Neraca Pangan mencatat, stok awal gula nasional di awal 2023 sebesar 1,1 juta ton, adapun kebutuhan gula nasional per bulan tercatat sebesar 283 ribu ton.

Baca juga:

UMKM Naikkan Harga 

Kenaikan harga gula yang tinggi dikeluhkan kalangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) makanan dan minuman.

Ketua Umum Asosiasi Industri UMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorini menyebut, pelaku UMKM makanan dan minuman terpaksa menaikan harga atau mengubah ukuran untuk menutupi biaya produksi.

"Kalau kayak minuman tuh kan agak susah ya karena butuh manisnya ya. Manis satu gelas itu kan nggak bisa dikurangin jadi setengah gelas kan nggak mungkin. Berarti otomatis dinaikkan (harga jual). Tapi kalau makanan dikecilin malah nggak ada masalah. Jadi kalau dari teman-teman alternatifnya adalah satu menaikkan harga atau mengurangi ukuran kalau makanan," kata Hermawati kepada KBR, Rabu (20/9/2023).

Ketua Umum Akumandiri Hermawati Setyorini mengaku khawatir jika opsi tersebut dilakukan juga berdampak pada daya beli masyarakat.

Itu sebab dia meminta pemerintah untuk segera melakukan sejumlah intervensi agar harga gula di pasar kembali terjangkau.

"Harganya memang harus bisa dibuat negara ini terjangkau. Entah nanti negara yang subsidi kepada pasar dari produk itu sendiri atau bagaimana gitu. Karena memang pengaruhnya itu nggak cuman kepada UMKM tapi konsumennya juga akan terpengaruh karena daya belinya mereka akan pasti akan berkurang," katanya.

Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios) menilai pemerintah perlu menyiapkan antisipasi dan langkah penyelamatan industri makan dan minuman imbas dari kenaikan gula.

Direktur Celios Bhima Yudhistira untuk sektor industri makanan minuman gula punya dampak yang cukup signifikan mempengaruhi dari biaya produksi.

"Tapi ini situasinya sangat sulit. Karena pengusaha di sektor makanan minuman baik UMKM maupun skala yang besar misalnya begitu dia menaikkan 100 rupiah saja itu terjadi penurunan permintaan. Karena konsumen dalam kondisi saat ini jelas tidak siap. Selain dari inflasi disebabkan oleh gula, juga ada inflasi yang disebabkan sekarang oleh beras. Sehingga sangat-sangat sensitif sekali gula ini terhadap keberlanjutan dari UMKM, terutama di sektor kuliner atau makanan minuman," kata Bhima kepada KBR, Selasa (19/9/2023).

Direktur Celios Bhima Yudhistira menyarankan pemerintah agar meningkatkan produksi dalam negeri untuk mengatasi harga dan menjaga pasokan gula.

"Perlu ada langkah antisipasi dari pemerintah bagaimana produksi gula di dalam negeri ini yang harusnya ada peremajaan, harusnya ada subsidi pupuk yang lebih besar untuk tanaman tebu misalnya dan juga harus ada teknologi-teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan dan juga daya tarik untuk investasi di pabrik-pabrik gula. Itu yang harusnya dilakukan kalau ingin membantu industri makanan minuman bertahan dalam jangka yang panjang," ujarnya.

Kenaikan harga gula konsisten terjadi sejak kuartal pertama 2023, baik gula rafinasi atau gula industri maupun gula untuk rumah tangga.

Kenaikan itu disebabkan sejumlah faktor. Antara lain adanya negara-negara penghasil gula yang menahan atau menghentikan ekspor. Faktor lain adalah perubahan iklim akibat dari El Nino atau cuaca ekstrem.

Kenaikan juga dipengaruhi perebutan tebu untuk produksi gula pangan dan kebutuhan bioetanol.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!