NASIONAL

Harga Gula Tak Manis Lagi, Industri Mamin Terbebani

Sektor industri makanan minuman terdampak cukup signifikan karena kenaikan harga gula. Biaya produksi menjadi sangat terpengaruh.

AUTHOR / Heru Haetami

Harga Gula
Petugas melayani pembeli gula pasir saat operasi pasar gula pasir di Desa Lapang, Aceh Barat (30/5/2020). (Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas)

KBR, Jakarta - Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios) menilai pemerintah perlu menyiapkan antisipasi dan langkah penyelamatan industri makan dan minuman sebagai dampak kenaikan harga gula.

Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, sektor industri makanan minuman terdampak cukup signifikan karena kenaikan harga gula. Biaya produksi menjadi sangat terpengaruh.

"Tapi ini situasinya sangat sulit. Karena pengusaha di sektor makanan minuman baik UMKM maupun skala yang besar misalnya begitu dia menaikkan Rp1000 saja itu terjadi penurunan permintaan. Karena konsumen dalam kondisi saat ini jelas tidak siap. Selain dari inflasi disebabkan oleh gula, juga ada inflasi yang disebabkan sekarang oleh beras. Sehingga sangat-sangat sensitif sekali gula ini terhadap keberlanjutan dari UMKM, terutama di sektor kuliner atau makanan minuman," kata Bhima kepada KBR, Selasa (19/9/2023).

Bhima menyarankan pemerintah, agar meningkatkan produksi dalam negeri untuk mengatasi harga dan menjaga pasokan gula.

"Perlu ada langkah antisipasi dari pemerintah bagaimana produksi gula di dalam negeri ini yang harusnya ada peremajaan, harusnya ada subsidi pupuk yang lebih besar untuk tanaman tebu misalnya dan juga harus ada teknologi-teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan dan juga daya tarik untuk investasi di pabrik-pabrik gula. Itu yang harusnya dilakukan kalau ingin membantu industri makanan minuman bertahan dalam jangka yang panjang," ujarnya.

Bhima mengungkap, kenaikan gula secara konsisten terjadi sejak kuartal pertama 2023, baik gula rafinasi atau gula industri maupun gula untuk rumah tangga.

Baca juga:

- Antisipasi El Nino, Jokowi Minta Cadangan Pangan Tercukupi

- Jumlah Pabrik Terus Berkurang, Jawa Barat Tak Bisa Swasembada Gula

Kata Bhima, kenaikan itu disebabkan sejumlah faktor antara lain adanya proteksi dagang dari negara-negara gula atau penghasil tebu untuk menahan ekspor. Kedua adalah dampak dari El Nino atau kekhawatiran cuaca ekstrim pengaruh perubahan iklim.

Selain itu, kata Bhima, kenaikan juga dipengaruhi oleh adanya perebutan tebu untuk produksi gula pangan dan kebutuhan bioetanol.

"Perebutan ini juga akan menyebabkan produksi gulanya juga akan terganggu," katanya.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!