NASIONAL

Hadapi Krisis Keanekaragaman Hayati, Wapres Usul Skema Insentif untuk Swasta

skema insentif bagi pihak swasta dalam pelestarian keanekaragaman hayati.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

EDITOR / Muthia Kusuma

Maruf Amin
Ilustrasi Wakil Presiden Maruf Amin

KBR, Jakarta– Wakil Presiden Maruf Amin mendorong semua pihak segera mengatasi krisis keanekaragaman hayati, secara komprehensif dan progresif.

Wapres Maruf beralasan, keanekaragaman hayati sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia. Mulai dari kebutuhan makanan, energi, air, hingga seluruh sistem kehidupan di bumi bergantung pada kelestarian ekosistemnya. Selain itu, Wapres menyebut, keanekaragaman hayati bisa dimanfaatkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru, melalui pengembangan ekonomi hijau dan biru.

“Mobilisasi pendanaan bagi pengembangan keanekaragaman hayati yang memadai dan kolaboratif. Kembangkan skema-skema pembiayaan inovatif, seperti penerbitan green dan blue bonds, green sukuk, transfer fiskal berbasis ekologi, serta berbagai insentif bagi pihak swasta dalam pelestarian keanekaragaman hayati,” ucapnya dalam acara Peluncuran Indonesian Biodiversity Strategy And Action Plan (IBSAP) 2025-2045 dipantau via kanal Youtube Wakil Presiden RI, Kamis (8/8/2024).

Wakil Presiden Maruf Amin mengeklaim telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati. Namun upaya itu belum cukup, akibatnya krisis keanekaragaman hayati terus berlanjut sehingga berdampak pada perubahan iklim.

“Oleh sebab itu, dampak krisis ini harus segera ditangani secara komprehensif dan progresif agar sumber pangan kita dan generasi mendatang tetap tersedia dan turut mengakselerasi pembangunan,” sambungnya.

Baca juga:

Biodiversitas terbesar

Lebih jauh Maruf mengungkap Indonesia merupakan negara dengan jumlah biodiversitas terbesar di dunia dengan 22 tipe ekosistem alami yang tersebar pada tujuh wilayah ekoregion dengan kekhasan masing-masing.

“Sebagai contoh, di Selat Lembeh dekat Kota Bitung, terkenal sebagai surga fotografi laut karena biota renik yang khusus ada di lokasi tersebut,” katanya.

Kata dia, Indonesia juga diakui sebagai salah satu negara dengan jumlah spesies endemik burung, mamalia, dan reptil terbesar di dunia. Selama periode tahun 2017 hingga 2021, lebih dari 40 spesies baru telah ditemukan.

Selain itu, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti total nilai produksi ikan tuna, cakalang, dan tongkol pada tahun 2023 mencapai 39 triliun rupiah.

“Seluruh keanekaragaman hayati ini menjadi masa depan Indonesia dan modal pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.

Maruf berpandangan potensi besar ini harus dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ramah lingkungan, seimbang, berkeadilan, sistematis, terukur, dan partisipatif.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!