NASIONAL

Belum Bisa Sejahterakan Rakyat, DPR Minta Program Hilirisasi Dievaluasi Menyeluruh

"Hilirisasi karena sudah menggunakan teknologi tinggi juga tidak terlalu membutuhkan lapangan pekerjaan yang begitu luas."

AUTHOR / Heru Haetami

hilirisasi, investasi
Pekerja beraktivitas dekat tumpukan nikel di kawasan industri di Kecamatan Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara, Jumat (1/9/2023). (Foto: ANTARA/Andri Saputra)

KBR, Jakarta - Kalangan DPR meminta pemerintah mengevaluasi menyeluruh program hilirisasi.

Anggota Komisi bidang Investasi di DPR, Herman Khaeron menilai hilirisasi yang dijalankan belum bisa mensejahterakan masyarakat, utamanya dalam penyediaan lapangan kerja.

"Misalkan tenaga kerja. Banyak tenaga kerja yang memang pada pos-pos tertentu yang semestinya bisa diisi oleh anak bangsa ini justru diisi oleh tenaga-tenaga dari Tiongkok. Kedua, hilirisasi karena sudah menggunakan teknologi tinggi juga tidak terlalu membutuhkan lapangan pekerjaan yang begitu luas. Nah yang ketiga hilirisasi juga masih dikuasai oleh investasi dan perusahaan-perusahaan asing," kata Herman kepada KBR, Selasa (5/9/2023).

Menurut Herman, pemerintah harus tegas bahwa program hilirisasi sampai ke kelompok masyarakat. Sehingga dapat memanfaatkan penuh dalam kehidupan.

"Produknya harus dibuat di Indonesia dan produk turunan inilah yang kemudian bisa menghasilkan lapangan pekerjaan yang begitu luas dan nilai tambahnya akan tinggi. Kemudian dari pajak perusahaan juga akan lebih tinggi," katanya.

Baca juga:


Sementara itu, Anggota Komisi bidang Energi DPR RI, Mulyanto menilai ada yang salah dengan program hilirisasi nikel selama ini.

Mulyanto menyebut program yang digadang-gadang pemerintah selama ini menyisakan masalah yang besar.

"Karena persediaan nikel yang sebelumnya melimpah kini hanya tinggal beberapa saja. Bahkan oleh para ahli diperkirakan hanya tersisa untuk tujuh tahun operasional saja. Ini tragis. Kondisi tersebut tentu akan membuat Indonesia kehilangan sumber pendapatan negara. Bila masalah ini tidak diantisipasi bisa merepotkan negara di kemudian hari. Dengan cadangan nikel yang pas-pasan maka pemerintah harus menata ulang program hilirisasi nikel ini,” kata Mulyanto dalam keterangan tertulis, Senin (4/9/2023).

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!