NASIONAL

Akademisi: "Dirty Vote" Buat Masyarakat Sadar Kecurangan Pemilu

“Tapi saya melihat ini sebetulnya narasi kecurangan yang diangkat "Dirty Vote" itu sebetulnya nyata ada di masyarakat. Jadi orang sudah semakin sadar tentang politik,” kata Asfinawati

AUTHOR / Rangga Sugeri

Asfinawati Aktivis HAM
Pengajar STH Jentera sekaligus Aktivis HAM, Asfinawati dalam Acara FOMO Sapiens dengan tema "FOMO-in Coblosan". Foto: Youtube Berita KBR

KBR, Jakarta- Pengajar STH Jentera Asfinawati mengatakan film Dirty Vote membuat banyak masyarakat semakin sadar akan adanya kecurangan pada Pemilu 2024.

Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) ini menyebutkan, jika saat ini sudah banyak masyarakat yang mulai sadar akan kecurangan pada pemilu dan narasi kecurangan yang diangkat film Dirty Vote nyata di masyarakat jadi orang sudah semakin sadar akan politik.

“Tapi saya melihat ini sebetulnya narasi kecurangan yang diangkat "Dirty Vote" itu sebetulnya nyata ada di masyarakat. Jadi orang sudah semakin sadar tentang politik,” kata Asfinawati saat acara FOMO in Coblosan di Jakarta, Rabu (14/2/2024).

Asfinawati menjelaskan jika pemilu 2024 dapat dilihat dari dua sisi yaitu banyak masyarakat yang sadar dan menggunakan kanal tersedia untuk mengungkapkan kecurangan pada pemilu.

Di sisi lain, kata dia, lantaran pada pemilu 2024 banyak masyarakat yang sadar terkait kecurangan pemilu membuat masyarakat menjadi takut karena demokrasi Indonesia akan kembali ke demokrasi 1998.

Eks Ketua YLBHI itu juga mengatakan jika kemungkinan kecurangan pemilu 2024 besar dan hal tersebut juga diyakini oleh masyarakat luas sehingga demokrasi Indonesia menurutnya jatuh kembali ke demokrasi saat tahun 1998.

Baca juga:

- Demokrasi Mundur, Pakar Tata Negara Sebut Ada Dugaan Rekayasa Pemilu

- Imparsial: Tak Beralasan, Pembuat Film Dirty Vote Dipolisikan

Sebelumnya film Dirty Vote ramai dibicarakan masyarakat sejak pertama kali ditayangkan di Youtube pada 11 Februari 2024.

Film berdurasi 117 menit ini menampilkan tiga pakar hukum tata negara yang mengungkap apa yang mereka sebut sebagai kecurangan dalam proses pemilihan presiden tahun 2024.

Editor: Resky Novianto

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!