ragam
WALHI Ungkap Biang Kerok Banjir di Jabodetabek

BMKG sering kali terlambat memberikan informasi yang cukup akurat.

Penulis: Siska Mutakin

Editor: Muthia Kusuma

Google News
banjir
Petugas gabungan dari TNI, Polri dan BNPB mengevakuasi warga korban banjir di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). (FOTO: ANTARA/Fakhri Hermansyah)

KBR, Jakarta- WALHI menilai penyebab utama masalah banjir yang sering melanda wilayah Jabodetabek adalah perubahan tata ruang yang tidak memperhatikan dampak lingkungan, semakin memperburuk intensitas banjir.

Hal itu disampaikan langsung oleh Manajer Kampanye Tata ruang dan Infrastruktur WALHI, Dwi Sawung dalam Ruang Publik KBR, Selasa (4/3/2025).

"Tapi perubahan tata ruangnya jelas sekali kelihatan gitu ya, ketika di daerah atasnya termasuk sebenarnya yang di daerah ini Tangerang gitu ya ketika dia dibangun perumahan di bagian selatannya Tangerang, kemudian Bogor yang hulunya Cisadane juga itu jadi kayak banjirnya lebih parah gitu ya, kelihatan misalnya di apa daerah daerah Tangerang Selatan lagi ya mbak banjirnya parah sekali," ucap Sawung.

Selain itu, Sawung menyebut banyak proyek infrastruktur yang tidak selesai tepat Waktu dan tidak memperhitungkan dampak lingkungan ini semakin mempersulit pengelolaan aliran sungai dan saluran air.

"Banyak sih daerah yang harusnya tidak dibangun kemudian dibangun, kemudian cara bangunnya juga tidak mempertimbangkan, misalnya ini ya tadi sudah disebut bahwa saluran air misalnya yang dulunya sih saya juga sebenarnya perumahan yang perumahan itu dulunya sawah begitu ya dibangun, kemudian juga saluran kan tadinya sawah ya kalau salah kan sebenarnya di sungai atau saluran irigasi ke sawah gitu ya ketika dibangun itu enggak dibalik dengan sempurna begitu dari perumahan ke sungai," ucapnya.

Baca juga:

Sawung juga menyoroti penerbitan sertifikat untuk lahan yang seharusnya tidak digunakan untuk dijadikan lokasi pembangunan perumahan, meskipun ada regulasi. Menurutnya, kawasan-kawasan tersebut seharusnya digunakan untuk menyerap air atau berfungsi sebagai daerah resapan.

Sawung menekankan, persiapan dan mitigasi bencana banjir di beberapa wilayah masih kurang maksimal seperti pembangunan tanggul dan embung dinilai kurang efektif.

Disisi lain, Ia menyebut BMKG sering kali terlambat memberikan informasi yang cukup akurat.

Sawung juga menyarankan pendekatan yang komprehensif dalam mengatasi banjir. Salah satunya adalah dengan mempertahankan dan memperbaiki daerah resapan air yang hilang akibat pembangunan yang tidak terencana dengan baik.

Sebelumnya, banjir melanda berbagai wilayah di Jabodetabek. Semisal di Kelurahan Rawajati, Jakarta Selatan.

Di sana, ada 485 keluarga atau 1.440-an orang, dan 224 unit rumah terendam banjir. Ketinggian air banjir 50 sentimeter hingga 1,5 meter.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi mencatat sebanyak tujuh kecamatan terdampak banjir, antara lain Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede dan Rawalumbu. Akibatnya, 140 unit rumah terdampak banjir dengan ketinggian hingga tiga meter.

Baca juga:

WALHI
banjir
Jabodetabek
Jakarta Selatan
BMKG

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...