NUSANTARA
Terlambat, Gubernur Jabar: Siswa SMAN 7 Cirebon Dapat Kembali Daftar SNBP
"Nanti saya telpon lagi untuk memastikan agar diberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang pada waktu pendaftaran terlambat tapi bukan kesalahan mereka,"
AUTHOR / Arie Nugraha
-
EDITOR / Rony Sitanggang

KBR, Bandung- Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin menyebutkan seluruh siswa di SMAN 7 Cirebon dapat kembali mendaftar ke perguruan tinggi negeri melalui jalur nilai rapor, Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Menurut Bey, pendaftaran ulang tersebut digelar dua hari.
Sebelumnya seluruh siswa tingkat akhir SMAN 7 Cirebon tak bisa mendaftar ke perguruan tinggi negeri melalui jalur nilai rapor, SNBP akibat keterlambatan finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
"Ya kami sudah fasilitasi itu kan pendaftarannya online (daring) ya untuk dibuka. Dan informasi untuk dibuka dalam dua hari ini tapi kami juga akan cek juga ke Pak Wamen. Barusan saya telepon tapi belum merespon, nanti saya telpon lagi untuk memastikan agar diberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang pada waktu pendaftaran terlambat rapi bukan kesalahan mereka," ujar usai rapat pimpinan di Kantor Gubernur Jabar, Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (4/2/2025) petang.
Bey mengatakan sementara ini temuan tersebut hanya dilaporkan di SMAN 7 Cirebon. Bey menyebutkan belum menerima kasus seperti yang terjadi di wilayah Cirebon.
Baca juga:
- JPPI: Banyak Masalah, Sistem PPDB Belum Berkeadilan
- FSGI Sarankan Sistem Zonasi Tetap Digunakan untuk PPDB
Sebelumnya dilansir KBR Prime, ratusan siswa SMAN 7 Cirebon terancam gagal masuk perguruan tinggi negeri (PTN) diduga akibat kelalaian pihak sekolah melakukan pendaftaran di SNBP 2025. Sebanyak 380 siswa-siswi kelas 12 masuk dalam kategori eligible atau memenuhi syarat. 155 siswa terdiri 70 orang dari kelas IPS dan 80 orang kelas IPA.
Pendaftaran SNPB 2025 sudah dibuka sejak 6-31 Januari 2025 lalu, namun hingga masa perpanjangan hingga 2 Februari para siswa belum terdaftar dalam sistem tersebut.
Salah satu orang tua siswa, Haris mengaku kecewa terhadap pihak sekolah karena dinilai telah memupus semangat anaknya dalam meraih cita-cita.
"Anak kami dan kami itu punya harapan kedepan. Anak kami pengen ke perguruan tinggi yang diinginkan. Tapi dengan kondisi seperti ini kan membuat kami resah, kami galau apakah anak kami bisa atau tidak? Karena ini kan ada sebuah keteledoran," ujar Haris.
Para orang tua khawatir jika anaknya tidak terdaftar SNPB, maka akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi secara mandiri dan tentu membutuhkan uang lebih besar.
Menurut mereka, pihak sekolah tidak memberikan jawaban solusi atas permasalahan tersebut.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!