NUSANTARA

Ribuan Hektare Hutan di Jatim Terbakar

“Ada sekitar 6171,5 hektare yang terbakar, ada yang mungkin abai, puntung rokok atau gimana ya mungkin faktor manusia,”

AUTHOR / Budi Prasetiyo

Karhutla di Jatim
Karhutla kawasan Gunung Bromo terlihat di Pos Jemplang, Malang, Jatim, Sabtu (09/09/23). (Antara/Muhammad Mada)

KBR, Surabaya- Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Jawa Timur, Jumadi, mengatakan, sebanyak 6171,5 hektare hutan  terbakar sampai dengan akhir September tahun 2023. Area kebakaran itu terjadi di beberapa lokasi pegunungan, yang ada di Jawa Timur.

Jumadi mengatakan, selain faktor kekeringan dan el nino, kebakaran hutan itu juga terjadi karena adanya kecerobohan manusia.

“Ada sekitar 6171,5 hektare yang terbakar, ada yang mungkin abai, puntung rokok atau gimana ya mungkin faktor manusia,” kata Jumadi pada Kamis (29/9/2023).

Kata dia, dari pemantauan di beberapa lokasi, sebagaian besar kebakaran sudah bisa dipadamkan. Pemprov Jatim bekerjasama dengan BNPB telah melakukan kerjasama untuk melakukan water bombing, di berapa area, agar kabakaran tidak meluas.

Baca juga:

- Kebakaran Meluas, Taman Nasional Baluran Ditutup

- Pemerintah Lamban Mengatasi Karhutla?

Dari pantauan, saat ini, ada beberapa titik lahan milik Perhutani yang masih terbakar. Untuk mengantisipasi agar tidak meluas, Pemprov Jatim menurunkan tim untuk mengatasinya. Salah satunya membuat sekat bakar, untuk mengisolasi titik api agar tidak merembet.

Sementara itu, anggota DPRD Jatim Agusdono Wibawanto meminta agar Pemprov Jatim dan BPBD Jatim melakukan langkah pencegahan, agar insiden kebakaran tidak terulang.

Warga yang tinggal di sekitar hutan harus diberi penyadaran, agar mereka ikut melestarikan lingkungan hutan. Warga diimbau  tidak membakar semak-semak, untuk membuka lahan guna dibuat lahan pertanian.

Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!