NUSANTARA

Kementan: Ratusan Ton Bawang Merah Terancam Rusak Akibat Banjir

"Ini sentra-sentra kita juga hampir 100 hektare, berpotensi 100 ton itu mengalami fuso."

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

Seribuan hektare sawah di Ngawi kebanjiran
Petani menata bawang merah hasil panen di Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (7/3/2024). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

KBR, Jakarta – Ratusan ton bawang merah terancam rusak akibat banjir yang menerjang sejumlah area di Pulau Jawa. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat (STO) Kementerian Pertanian Andi Muhammad Idil Fitri mengatakan, kerusakan terparah terjadi di sentra produksi bawang merah di Jawa Tengah yang terendam banjir.

Sentra-sentra tersebut antara lain Grobogan, Pati, Demak, Brebes, hingga Kendal.

"Saat ini sentra produksi di Pulau Jawa diterjang banjir, ini khususnya di Grobogan, Pati, Demak, Brebes, Kendal, ini sentra-sentra kita juga hampir 100 hektare, berpotensi 100 ton itu mengalami fuso," ucap Andi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Senin (18/3/2024).

Andi menyebut, harga bawang merah turun hingga menyentuh angka Rp5 ribu akibat banjir. Menurutnya, banjir juga menyebabkan kualitas bawang merah menurun.

"Saat ini memang harganya rendah bahkan sampai di Rp5 ribu, tapi pada saat nanti Lebaran itu akan naik dan pastinya cenderung harga akan bergejolak nantinya. Kondisi ini rawan, tentunya yang akan kami antisipasi setelah nanti hujan mereda, kami akan melakukan percepatan penanaman di daerah sentra-sentra kami," katanya.

Baca juga:

Meski begitu, dia mengeklaim stok bawang merah bulan ini masih tercukupi.

"Untuk Maret ini, untuk bawang merah itu tercukupi kebutuhannya ada 24 ribu ton dan neracanya ada 55 ribu ton, biarpun demikian kami berharap cuaca ini intensitasnya berkurang karena ini sangat mengkhawatirkan," ujar Andi.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!