NASIONAL

Harga Pangan Naik Jelang Ramadan, Bagaimana Jurus Pemerintah Mengatasinya?

Sepekan jelang Ramadan, harga sejumlah komoditas pangan masih mengalami kenaikan. Pemerintah mengeklaim tengah prioritas menjaga stok dan menstabilkan harga.

AUTHOR / Astri Septiani

Harga Pangan Naik Jelang Ramadan, Bagaimana Jurus Pemerintah Mengatasinya?
Warga mengantre beli sembako di pasar murah Kodim 0736/Batang, Jawa Tengah, Selasa (5/3/2024). (Foto: ANTARA/Harviyan Perdana)

KBR, Jakarta -Sepekan jelang Ramadan, harga sejumlah komoditas pangan masih mengalami kenaikan. Di sisi lain, pemerintah mengeklaim saat ini tengah prioritas menjaga stok serta menstabilkan harga pangan menjelang Ramadan dan Lebaran.

Presiden Joko Widodo, kemarin menanggapi pertanyaan wartawan soal kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dalam sepekan seperti beras hingga telur ayam. Menurutnya, persiapan stok pangan jelang bulan puasa dan lebaran, menjadi perhatian pemerintah. Namun ia memastikan stok beras aman.

"Ini mau lebaran sehingga persiapan-persiapan mengenai ketersediaan, utamanya bahan pokok itu menjadi sangat penting. Untuk beras saya kira stoknya enggak ada masalah, dan bahan-bahan lainnya nanti secara detail saya lihat di lapangan," kata Jokowi di Pangkalan TNI AU, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (04/03/24).

Jokowi juga mengklaim harga beras di sejumlah pasar sudah mulai turun. Ia juga berharap panen raya yang kemungkinan terjadi bulan depan bakal membuat harga beras turun.

Nyatanya, harga sejumlah bahan pangan terpantau masih mengalami kenaikan. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Nasional milik Bank Indonesia, harga sejumlah komoditas mengalami kenaikan.

Mulai dari beras, bawang putih, gula pasir, daging sapi hingga minyak goreng naik sebesar 0 koma hingga 1 persenan. Sementara dua komoditas yakni daging ayam dan telur ayam ras mengalami kenaikan lebih tinggi, yakni sekitar 3 persen.

Baca juga:

Upaya Pemerintah

Di tengah gejolak kenaikan harga pangan, pemerintah menyebut sudah melakukan berbagai langkah nyata untuk memastikan pasokan bahan pokok terjamin dan harga tetap stabil menjelang bulan puasa.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri di Kementerian Perdagangan, Isy Karim mengatakan salah satu langkah adalah melalui impor beras dan komoditas lain seperti daging sapi.

"Kalau untuk ramadhan saya kira aman, untuk beras juga sudah aman ada importasi yang disetujui, akan masuk kembali yang sudah kontrak lebih dari 500, untuk memenuhi kebutuhan sampai ramadhan dan lebaran ini bisa terpenuhi," ujarnya Forum Merdeka Barat Persiapan Ramadan Kondisi Harga Pokok, Senin (04/03/24).

Isy Karim mengatakan langkah lain adalah meningkatkan produksi beras dalam negeri, melalui program pompanisasi untuk pengairan sawah, serta menambah anggaran subsidi pupuk sebesar 14 triliun rupiah.

Badan Urusan Logistik Bulog juga menjanjikan keamanan stok pangan. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, saat ini stok cadangan beras pemerintah atau CBP di gudang Bulog sebesar 1,2 juta ton.

"Saat ini yang ada di tangan Bulog lebih dari 1,2 juta ton. Dan kami laporkan juga dalam perjalan untuk masuk menuju gudang-gudang Bulog masih ada sekitar 400 ribu ton lagi, dan tentunya ini akan masuk sesuai jadwalnya," ujar Bayu, Senin (4/3/2024).

Bayu Krisnamurthi menyatakan, dalam dua bulan ke depan Bulog akan mempercepat penyelesaian penyaluran bantuan pangan untuk Januari hingga April.

Upaya lain yang dilakukan untuk pengamanan beras saat Ramadan dan Idulfitri, adalah dengan melanjutkan distribusi beras SPHP bersubsidi dan menggelar program gerakan pangan murah (GPM).

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan gerakan pangan murah (GPM) perlu dilakukan terus di seluruh daerah, bersinergi dengan Perum Bulog dan sejumlah asosiasi pangan di daerah. Gerakan pangan murah merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo.

"Gerakan pangan murah, saya minta tolong teman-teman semua daerah bisa melakukan gerakan pangan murah. Di sini ada Bulog, ID Food, asosiasi, mohon nanti teman-teman Bulog bisa menyampaikan bahwa stok di daerah semua cukup dan bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah. yang kedua bersinergi dengan tim pengendali inflasi daerah," ujar Arief dalam Rakor Bapanas, Senin (4/3/2024).

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menambahkan langkah lain adalah pemantauan harga pasar baik di pasar induk, pasar tradisional dan juga pasar ritel modern. 

Arief mengatakan harga perlu terus dipantau karena jelang Ramadan harga memang mengalami fluktuasi. Pemantauan pasar penting dilakukan untuk memastikan beras dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp10.900 per kilo.

Baca juga:

Di lain pihak, Wakil Direktur lembaga kajian ekonomi INDEF, Eko Listiyanto menyoroti kebijakan intervensi pemerintah yang belum mampu menurunkan harga bahan pangan. 

Ia mengatakan menjelang Ramadan ini harga beras masih tinggi, bahkan di Kalimantan Tengah mencapai Rp19 ribu rupiah.

"Menjelang puasa ini ternyata harga-harga memang kecenderungannya tidak turun ya walaupun sudah ada berbagai intervensi pemerintah," kata dia pada diskusi di kanal Youtube Indef (3/5/2024).

Sementara itu, Ekonom Senior INDEF, Aviliani mendorong pemerintah pusdat melibatkan daerah untuk mengatasi kenaikan harga pangan. Ia menyebut setiap daerah memiliki kebutuhan pangan berbeda. Aviliani mengatakan pemerintah daerah harus mampu membaca kebutuhan masyarakat dan kondisi pasokan pangan.

"Beberapa pemerintah daerah yang concern terhadap supply dan demand di daerahnya khususnya pangan pokok itu cenderung dia bisa menjaga inflasi. Kenapa? Karena mereka biasanya kalau ada impor besar mereka juga melarang. Karena produksi cukup. Dan itu juga melindungi petani," tambahnya.

Editor: Agus Luqman


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!