NASIONAL

Ekonom INDEF: Intervensi Pemerintah Tidak Efektif Tekan Harga Beras

Ekonom INDEF menilai berbagai kebijakan intervensi yang dilakukan pemerintah belum mampu menurunkan harga bahan pangan.

AUTHOR / Astri Septiani

Ekonom INDEF: Intervensi Pemerintah Tidak Efektif Tekan Harga Beras
Warga menggendong beras SPHP dari pasar beras murah di Pasar Badung, Denpasar, Bali, Selasa (5/3/2024). (Foto: ANTARA/Fikri Yusuf)

KBR, Jakarta - Wakil Direktur lembaga kajian ekonomi INDEF, Eko Listiyanto menyoroti harga pangan yang belum turun jelang Ramadan.

Eko Listiyanto mengatakan berbagai kebijakan intervensi yang dilakukan pemerintah belum mampu menurunkan harga bahan pangan.

Ia mengatakan menjelang Ramadan ini harga beras masih tinggi, bahkan di Kalimantan Tengah mencapai 19 ribu rupiah.

"Menjelang puasa ini ternyata harga-harga memang kecenderungannya tidak turun ya walaupun sudah ada berbagai intervensi pemerintah," kata Eko dalam diskusi di kanal Youtube Indef, Selasa (5/3/2024).

Baca juga:


Sementara itu, ekonom senior INDEF Aviliani mendorong pemerintah pusat melibatkan daerah untuk mengatasi kenaikan harga pangan.

Aviliani mengatakan pemerintah daerah mempunyai kewajiban terhadap kebijakan-kebijakan khususnya di sektor pangan.

Selain itu, kata dia, setiap daerah memiliki kebutuhan pangan berbeda. Aviliani mengatakan pemerintah daerah harus mampu membaca kebutuhan masyarakat dan kondisi pasokan pangan untuk menjaga inflasi terkendali.

"Beberapa pemerintah daerah yang concern terhadap supply dan demand di daerahnya khususnya pangan pokok itu cenderung dia bisa menjaga inflasi. Kenapa? Karena mereka biasanya kalau ada impor besar mereka juga melarang. Karena produksi cukup. Dan itu juga melindungi petani," tambahnya.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Nasional milik Bank Indonesia mencatat harga sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan.

Mulai dari beras, bawang putih, gula pasir, daging sapi hingga minyak goreng naik sebesar 0 koma hingga 1 persenan. Sementara dua komoditas yakni daging ayam dan telur ayam ras mengalami kenaikan lebih tinggi, yakni sekitar 3 persen.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!