NASIONAL

Alarm Turunnya Produksi Beras Nasional

Produksi beras atau padi nasional ini memang puncaknya April dan Mei sedikit menurun.

AUTHOR / Astri Septiani, Ardhi Ridwansyah

EDITOR / Wahyu Setiawan

Alarm Turunnya Produksi Beras Nasional
Sejumlah petani mengemas padi hasil panen dengan karung di Desa Cialam, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Rabu (5/6/2024). ANTARA FOTO/Andry Denisah

KBR, Jakarta - Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah ikut membantu mengatasi turunnya produksi beras nasional tahun ini. Pengurus DPP SPI Mujahid Widian Saragih mengatakan, peningkatan produksi beras tidak bisa dibebankan hanya kepada petani semata.

"Ya untuk sistem pengairan, bagaimana irigasi, sumur bor atau pompanisasi hingga listrik ya kelistrikan, akses listrik bagi petani tanaman pangan itu bisa merata didapatkan. Ini tentu bisa mengantisipasi apabila terjadi situasi yang sama faktor cuaca kekeringan ke depannya. Pun sebaliknya kalau misalnya situasi cuacanya penghujan berlebih, infrastruktur ini juga bisa membantu dalam hal misalnya pengeringan gitu ya. Bagaimana pemerintah dalam hal ini terlibat untuk membantu petani," kata Mujahid kepada KBR (11/06/2024).

Mujahid juga meminta pemerintah memastikan akses pupuk bersubsidi yang merata di setiap wilayah. Dengan begitu, diharapkan produktivitas pertanian meningkat.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah mewaspadai produksi padi dalam negeri yang terus menurun.

Berdasarkan catatan BPS, produksi padi nasional selama masa panen raya April mencapai 9,23 juta ton. Namun produksi padi terus menurun di dua bulan berikutnya.

"Catatan kami adalah walaupun harga beras sudah terus mengalami penurunan di minggu pertama Juni 2024, namun menjadi catatan ke depan adalah mengenai produksi padi nasional yang kalau diperhatikan puncak produksi beras atau padi nasional ini memang puncaknya April dan Mei sedikit menurun," kata Plt Kepala BPS Amalia Widyasanti saat rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (10/6/2024).

Amalia menyebut, produksi padi nasional diperkirakan naik sedikit di Juli sebesar 3,73 ton. Namun angka tersebut masih lebih rendah dari produksi nasional di periode yang sama tahun lalu.

Situasi ini terjadi seiring dengan makin menurunnya luas panen padi nasional. Pada April lalu, luas panen padi mencapai 1,7 juta hektare. Cakupan itu menurun drastis di Juni menjadi 700 ribu hektare.

Surplus Hanya 0,65 Juta Ton

Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menyebut ada potensi penurunan produksi beras pada Januari hingga Juli tahun ini.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memperkirakan hasil panen raya awal tahun ini hanya menyisakan surplus 0,65 juta ton. Menurutnya, angka itu lebih rendah 2,6 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Berdasarkan proyeksi KSA BPS amatan April 2024, total produksi beras Januari sampai dengan Juli sebesar 18,64 juta ton, lebih rendah 2,47 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut menjadi concern kami untuk menghadapi bulan-bulan berikutnya, mengingat kita memasuki musim kemarau," ujar Arief saat RDP dengan Komisi Pertanian DPR RI di Gedung DPR Jakarta, Senin (10/5/2024).

Guna mengantisipasi turunnya produksi padi, Bapanas bakal meningkatkan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Sementara itu, Perum Bulog bakal menggenjot produksi padi dalam negeri setelah panen raya. Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Suyamto mengatakan, pemerintah akan menempuh jalur impor jika stok dalam negeri kurang.

Saat ini, realisasi impor sudah mencapai 2 juta ton dari kuota 3,6 juta ton.

Tak Yakin Serapan Tinggi

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa tidak yakin Bulog mampu menyerap beras dalam negeri secara optimal. Sebab dia memperkirakan, harga gabah akan naik seiring turunnya produksi padi.

"Saya pastikan Bulog tidak akan lagi mampu menyerap di bulan-bulan ke depan. Karena harga gabah ataupun beras di tingkat usaha tani sudah melebihi HPP yang sudah ditetapkan. Kalau sudah melebihi HPP, sudah tentu Bulog tidak bisa menyerap, karena Bulog menyerap berdasarkan HPP," ujar Andreas saat dihubungi KBR, Selasa (11/6/2024).

Andreas memperkirakan, pemerintah akan memilih jalan impor untuk mengatasi turunnya produksi padi dalam negeri.

"Yang paling ideal memang stok pemerintah ini kan dipenuhi dari produksi dalam negeri ya, stok beras pemerintah," kata dia.

"Sehingga yang bisa mereka lakukan menyerap beras dalam skala komersial. Ketika menyerap beras dengan skala komersial Bulog masih punya stok yang mencukupi dari impor."

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!