NASIONAL

Urgen! Kolaborasi untuk Mitigasi Masalah Kesehatan Jiwa

Indonesia darurat kesehatan jiwa

AUTHOR / Ninik Yuniati

Urgen! Kolaborasi untuk Mitigasi Masalah Kesehatan Jiwa
Ray Basrowi, salah satu inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, pada acara deklarasi Kaukus di Perpusnas, Jakarta, Selasa (14/11). (Foto: Ninik/KBR)

KBR, Jakarta - Kolaborasi dengan semua pihak mesti dibangun untuk memitigasi isu kesehatan jiwa. Hal itu menjadi seruan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa dalam deklarasinya pada Selasa (14/11/2023) di Auditorium Perpusnas, Jakarta.

Kaukus diinisiasi sejumlah pakar dari berbagai latar belakang, di antaranya, Nila Moeloek, Mudji Sutrisno, Semiarto Aji Purwanto, Adriana Elizabeth, Ray W. Basrowi, Maria Ekowati, dan Kristin Samah.

Menurut Ray Basrowi, Indonesia mengalami darurat kesehatan jiwa. 

Hal ini tergambar dari riset eksploratif yang dilakukan Kaukus pada Oktober 2023. Hasilnya menunjukkan bahwa ada tiga masalah yang menjadi dasar tingginya gangguan mental. Yakni stigma, lingkungan yang tidak ramah kesehatan jiwa, dan fenomena self-diagnosis.

"Karena skrining kesehatan jiwa bisa dengan mudah diperoleh di internet," kata Ray saat acara deklarasi Kaukus.

Dari landasan itu, ada empat populasi kunci yang menjadi target utama, yakni seribu hari pertama kehidupan, remaja dan anak sekolah, pekerja dan usia produktif, serta lansia.

Ray mencontohkan populasi untuk seribu hari pertama kehidupan adalah sosok yang disebut Cita (21 tahun), seorang pekerja pabrik yang baru saja kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Namun, produktivitas kerja Cita menurun signifikan. Setelah diperiksa dokter dan psikiater, ternyata Cita mengalami depresi tingkat lanjut.

"Ini (masalahnya) sesimpel karena dia tidak bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya," Ray menjelaskan.

Baca juga:  

Perjuangan Amani Hidup Bersama Gangguan Mental (Bag 1)

Perjuangan Amani Hidup Bersama Gangguan Mental (Bag 2)

Kaukus juga menemukan kasus Tegar, anak 7 tahun yang menderita PTSD (posttraumatic stress disorder) karena riwayat perundungan.

"Hasil studi ini menunjukkan bahwa isu kesehatan jiwa di Indonesia sangat urgen dan harus segera dimitigasi," tutur dia.

Kristin Samah, inisiator Kaukus, mengajak para pemangku kepentingan untuk melakukan studi kesehatan jiwa sebanyak-banyaknya, salah satunya untuk menyikapi fenomena self-diagnosis.

"Bagaimana kita bisa buat tools untuk mengukur happiness atau tingkat kesehatan jiwa dengan cara yang lebih sederhana tetapi bisa dipertanggungjawabkan," kata Kristin.

Menurutnya, dialog intergenerasi juga menjadi kunci untuk mencegah atau memitigasi problem kesehatan jiwa.

"Yang muda merasa banyak tahu karena bisa searching, yang lebih berusia merasa lebih banyak pengalamannya, akhirnya terjadi benturan, itu mengapa generasi muda merasakan mental illness," ujar Kristin.

Sebelumnya, concern tentang isu kesehatan jiwa juga dilontarkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyebut 1 dari 10 orang Indonesia memiliki gangguan jiwa. Kemudian, Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto, yang juga insiator Kaukus, mengungkap 60 persen mahasiswa baru mengalami masalah kesehatan mental.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!