NASIONAL

UI: Tren Mengkhawatirkan Dampak Konsumsi GGL Terhadap Kesehatan Masyarakat

Tak hanya prevalensi jantung, dia mencatat penyakit gagal ginjal juga mengalami kenaikan.

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / Muthia Kusuma

pemanis
Ilustrasi: Pengunjung sedang melihat minuman yang mengandung pemanis buatan di pasar swalayan Jakarta. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Pusat kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan dari Universitas Indonesia mengungkapkan dampak konsumsi Gula Garam Lemak (GGL) masyarakat RI saat ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.

Perwakilan Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Trini Sudiarti mengatakan, data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukan, konsumsi gula garam dan lemak atau GGL lebih dari sekali per harinya, didominasi kelompok anak usia 3-4 tahun. Kondisi itu memicu peningkatan kasus obesitas di tanah air.

"Ini menunjukkan peran obesitas di Indonesia, mengalami peningkatan obesitas karena IMT yang diukur dengan melalui berat dan tinggi. Namun untuk yang obesitas sentral yang bisa kita lihat dengan mata kepala, seperti perut sudah membesar itu adalah hal yang gampang kita amati, keduanya mengalami peningkatan. Kemudian ini untuk diabetes juga menunjukkan peningkatan terutama dari hasil pemeriksaan gula darah, Jadi cukup mengkhawatirkan," ujar Trini dalam rapat panitia kerja GGL dengan DPR Komisi IX, Rabu (18/9/2024).

Perwakilan Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Trini Sudiarti mengatakan, konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) berlebih secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, jantung, dan stroke. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit jantung, yang erat kaitannya dengan asupan GGL yang tidak sehat.

Trini merinci, data Riskesdas 2018 mengungkapkan, ada sebanyak 7,6 persen temuan penyakit jantung melalui pengukuran kolesterol total tinggi. Peningkatan terlihat pada laporan SKI 2023 yang menemukan jumlah kasus penyakit jantung mencapai 11,7 persen.

Baca juga:

DPR Bentuk Panja Kandungan GGL di Produk Pangan


Tak hanya prevalensi jantung, dia mencatat penyakit gagal ginjal juga mengalami kenaikan. Berdasarkan data Riskesdas 2018, angka gagal ginjal mencapai 19,33 persen, naik pada tahun 2023 menjadi 21,10 persen.

"Peningkatan obesitas dan PTM pada semua kelompok usia perlu dikendalikan mengingat bahaya dan kerugian pada masyarakat. Karena itu perlu kerja sama," sambungnya.

Sementara itu, anjuran konsumsi gula, garam dan lemak menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan singkatan G4, G1 dan L5. Yaitu, gula dibatasi sebanyak 4 sendok makan per orang per hari, haram 1 sendok teh dan lemak 5 sendok makan minyak goreng per orang per hari. Selain membatasi konsumsi GGL, upaya pencegahan penyakit jantung meliputi olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, dan mengelola stres.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!