NASIONAL
Subvarian Baru Covid-19 Kembali Merebak di Indonesia, Kenali Gejala dan Simak Antisipasinya
"Gejala yang ditimbulkan pun sejauh ini serupa dengan varian-varian Covid-19 sebelumnya, termasuk demam, pusing, batuk, sakit tenggorokan, mual dan muntah, serta nyeri sendi,"

KBR, Yogyakarta- Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SR.03.01/C/1422/2025 tentang Kewaspadaan Terhadap Peningkatan Kasus Covid-19.
Sebab, berdasarkan data situasi terkini kasus Covid-19 di Indonesia, tren kasus Covid-19 di Indonesia pada minggu ke-22 tahun 2025 (22-31 Mei), meningkat 8 persen, dari minggu sebelumnya 4 persen.
Berdasarkan total keseluruhan, ada 75 kasus positif Covid-19 yang tercatat pada 2025. Sementara itu, pada periode minggu ke-22 tercatat ada dua kasus positif.
Adapun subvarian Covid-19 yang merebak saat ini di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18. Hingga saat ini belum ditemukan varian 'Nimbus' atau NB.1.8.1 yang baru-baru ini disorot lantaran masuk daftar Variant Under Monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Aji Muhawarman mengatakan pihaknya mempersiapkan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) guna antisipasi kenaikan kasus COVID-19.
"Fasyankes kami siapkan sesuai SE (Surat Edaran) yang sudah beredar," katanya, dikutip dari ANTARA, Jumat (13/6/2025).
Adapun SE tersebut, kata dia, ditujukan bagi unit layanan kesehatan serta para pemangku kepentingan agar memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait kejadian Covid-19 melalui kanal resmi pemerintah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARI/Pneumonia/Covid-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).
Imbauan kepada Publik
Kepada publik, Aji mengimbau untuk mencegah Covid-19 dengan memperkuat imunitas tubuh dengan pola hidup bersih dan sehat yakni konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, aktivitas fisik rutin, dan cuci tangan pakai sabun.
"Gunakan masker jika sedang flu atau berada dalam kerumunan massa, terapkan etika batuk dan bersin," katanya.
Dia menambahkan jika sakit semakin berat segera ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
Saat ini, kata Aji, belum ada kebijakan larangan perjalanan masuk dan ke luar negeri. Jika tidak mendesak, sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar negeri dulu.
"Kalaupun harus ke luar negeri harus patuhi kebijakan atau prokes di negara tujuan," ucapnya.

Gambaran Kasus Covid-19 di Daerah
Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pembajun Setyaningastutie mengatakan, hingga saat ini belum ada kebijakan pembatasan atau skrining terkait Covid-19 di fasilitas publik seperti stasiun atau terminal.
"Tidak sampai ke situlah. Belum ada rencana pembatasan mobilitas masyarakat," katanya di Yogyakarta, Kamis (12/6/2025).
Pembajun menyebut, saat ini pihaknya tengah fokus memperkuat kembali kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas).
"Yang penting itu, PHBS dan Germas. PHBS yang paling sederhana saja. Pulang ke rumah itu cuci tangan. Begitu pulang, cuci tangan, bersih-bersih sebelum menjamah makanan. Kalau sakit, pakai masker. Sederhana, mudah, tapi sering dilupakan," jelasnya.
Pembajun mengakui, ada satu kasus Covid-19 ditemukan di wilayah Kota Yogyakarta. Satu kasus tersebut berasal dari seseorang dengan gejala ILI (Influenza Like Illness). Setelah diperiksa, hasil CT value menunjukkan angka di atas 30, yang berarti tingkat infeksi rendah dan pasien dalam kondisi baik.
"Pasien tidak dirawat di rumah sakit, cukup menjalani isolasi mandiri. Nggak usah diperkeruh, nggak usah diperbesar, kasihan nanti masyarakat,” ujarnya.
Pembajun mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi negatif yang beredar di media sosial. Ia menegaskan bahwa kondisi saat ini sangat berbeda dari masa pandemi beberapa tahun lalu.
Masyarakat Jangan Panik
"Kami mengimbau masyarakat tidak perlu panik. PHBS ini menjadi kunci, menjadi lifestyle. Apapun yang terjadi, kita sudah belajar dari COVID-19 sebelumnya,” paparnya.
"Kami tidak bermaksud menakut-nakuti. Karena semua upaya tidak akan berhasil tanpa kerja sama, baik dari pemerintah, masyarakat, swasta, dan pihak lainnya. Kita harus bersama-sama," imbuh Pembajun.

Pembajun memastikan, untuk menghadapi potensi lonjakan kasus di DIY, pihaknya telah memastikan kesiapan tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang, termasuk ketersediaan oksigen cadangan dan tenaga kesehatan.
"Tenaga kesehatannya sudah siap. Kita sudah, kan, kemarin saat Covid-19, sudah upgrade, sudah tingkatkan kompetensi mereka. Sekarang kita refresh lagi. Pasokan itu sudah punya,” ujar Pembajun.
Pembajun meminta agar masyarakat mencari informasi dari sumber resmi dan lembaga yang berkompeten apabila muncul isu seputar subvarian Covid-19 ini.
"Kalau ada isu seperti itu, mari silakan mencari informasi kepada yang benar, pada instansi yang benar. Misalnya pada Dinas Kesehatan atau instansi yang memang kompeten,” katanya.
Pasien Kasus Covid-19 di Yogyakarta Bergejala Ringan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani menambahkan, pasien positif Covid-19 yang ditemukan di Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu dipastikan telah sembuh. Pasien tersebut masih anak-anak dan anggota keluarga pasien telah dilakukan pelacakan atau tracing yang hasilnya negatif.
"Dia positif, tapi bergejala ringan. Kemudian juga kami juga tracing dengan Dinkes Sleman. Tapi ya ternyata tidak ada, satu rumah itu semuanya negatif, dan anaknya sekarang juga sudah sembuh," jelasnya di Yogyakarta, Kamis (12/6/2025).
Emma mengungkapkan, Dinkes Kota Yogyakarta melalui Puskesmas di setiap wilayah selalu melakukan pemantauan melalui laporan mingguan. Sampai saat ini, hanya ada satu pasien positif covid-19 yang ditemukan pada minggu ke-22.
"Ya itu anak-anak, yang lain tidak ada," terangnya.

Menurut Emma, masyarakat tidak perlu khawatir karena covid-19 dianggap seperti penyakit menular lainnya. Namun semuanya perlu diwaspadai secara tidak berlebihan dan menimbulkan kepanikan.
"Kalau Kota Yogyakarta ini kan sebetulnya vaksinasinya kan sudah 99 persen," tandasnya.
Selain itu, Emma juga mengimbau agar masyarakat tidak lengah akan subvarian Covid-19 baru ini. Apabila merasakan gejala segera diperiksakan dan jika sedang sakit tetap menggunakan masker serta menghindari kerumunan.
"Pusksesmas juga ada petugas surveillance-nya, dia juga akan pengamatan tiap hari melihat situasi yang ada di wilayah, apakah ada peningkatan dan lain-lain, itu akan terlaporkan," jelasnya.
DIY Ikut Keluarkan Edaran Waspada Covid-19
Sementara itu, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 400.7.11 /3884 tahun 2025 Tentang Kewaspadaan Peningkatan Kasus Covid-19 di DIY. Surat edaran tersebut ditetapkan Gubernur DIY pada 11 Juni 2025 dan diteken Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris DIY Tri Saktiyana.
SE itu ditujukan kepada kepala dinas kesehatan tingkat provinsi hingga kabupaten/kota serta para kepala puskesmas dan direktur rumah sakit se-DIY.
SE tersebut keluar setelah di Kota Yogyakarta sempat ditemukan satu warga positif terpapar virus Covid-19 pada akhir Mei lalu. Temuan itu berdasar pemeriksaan empat sampel yang suspect Influenza Like Illness (ILI) di Puskesmas Danurejan 2 sebagai puskesmas sentinel.
"Surat edaran ini dikeluarkan dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan kasus Covid-19, perlu langkah-langkah untuk menyikapi hal tersebut," kata Tri Saktiyana, Rabu (11/6/ 2025).
Tri mengatakan surat itu menginstruksikan seluruh dinas kesehatan baik level provinsi dan kabupaten/kota aktif memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARl/Pneumonia/Covid-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
"Jika terjadi peningkatan kasus potensial kejadian luar biasa atau KLB, para pihak terkait diminta segera melaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam ke dalam laporan Surveilans Berbasis Kejadian/Event Based Surveillance (EBS) di aplikasi SKDR," jelas Tri Saktiyana.
"Kami juga meminta dilakukan penyelidikan epidemiologi apabila ditemukan adanya peningkatan kasus Covid-19 maupun infeksi saluran pernafasan lainnya," imbuhnya.
Selain itu, para pemangku kepentingan diinstruksikan juga melakukan pemetaan risiko dan penyusunan rekomendasi Covid-19.
"Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten/kota juga menyiapkan fasilitas kesehatan untuk menangani kasus Covid-19 yang memerlukan perawatan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan," kata Saktiyana.

Pemkot Solo Imbau Warga Terapkan Pola PHBS
Pemkot Solo merespons perebakan itu dengan imbauan pada warga agar terus membiasakan hidup sehat dan bersih seperti saat pandemi.
"Intinya untuk warga semua jangan lupakan terkait SOP seperti mencuci tangan, protokol kesehatan dulu. Saya rasa protokol kesehatan pada masa Covid berimbas baik pada kita karena kebiasaan baru," ungkap Respati, Rabu (11/6/2025).
Lebih lanjut Respati menjelaskan tidak ada laporan kasus aktif Covid-19 di Solo saat ini. Namun Respati menegaskan masyarakat tetap waspada, mengingat tingginya kunjungan wisatawan asing di kota ini.
"Ada ancaman covid seperti itu karena kita kota yang sangat traffic asingnya (wisatawan asing) termasuk banyakk", imbuh Respati.
Pemkot Solo, tambah Respati, belum perlu mengaktifkan kembali fasilitas kesehatan saat pandemi Covid-19 lalu.
"Tunggu instruksi pemerintah pusat," tegas dia.
Komisi IX DPR RI: Gaya Hidup Bersih dan Sehat
Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia untuk membiasakan penerapan gaya hidup bersih dan sehat guna mencegah penularan Covid-19.
"Saya yakin masyarakat Indonesia sudah sangat paham bagaimana menjaga kesehatan, tapi jangan sampai lengah. Saya hanya ingin mengingatkan kembali, mari kita lakukan lagi apa yang sudah pernah kita lakukan di masa lalu, mulai tahun 2020," kata Felly dalam keterangan yang diterima di Jakarta, dikutip dari ANTARA, Jumat (13/6/2025).
Ia meminta masyarakat kembali menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti penerapan protokol kesehatan dengan mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker di tempat ramai.
Dia juga mengingatkan masyarakat yang dalam kondisi kesehatan kurang fit untuk lebih menjaga diri agar tidak mudah tertular virus dan penyakit lainnya.
"Mari kita segarkan kembali kesadaran bahwa Covid-19 itu masih ada dan bisa fatal jika kita tidak menyadarinya. Jangan anggap enteng, bisa saja Covid-19 yang datang sekarang ini lebih parah dari yang pernah kita alami sebelumnya," ujar Felly.
Tidak hanya protokol kesehatan, Felly juga menekankan pentingnya mengonsumsi makanan sehat sebagai bagian dari pertahanan tubuh melawan berbagai penyakit. "Untuk menghindari penyakit, satu lagi yang penting adalah makan makanan yang sehat," ucapnya.

Pakar: Mesti Belajar dari Penularan di Masa Pandemi
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Tri Wibawa mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi penularan COVID-19 menyusul lonjakan kasus di sejumlah negara Asia.
"Belajar dari penularan di masa pandemi yang sangat cepat dan luas, akan lebih baik kalau kita bersiap," kata Tri Wibawa dalam keterangannya di Yogyakarta, dikutip dari ANTARA.
Tri menjelaskan bahwa sejauh ini tingkat kecepatan penyebaran varian yang beredar masih tergolong rendah.
Varian dominan di negara-negara Asia seperti XEC dan JN.1 di Thailand, LF.7 dan NB.1.8 di Singapura, serta JN.1 di Hong Kong berbeda dengan varian yang beredar di Indonesia saat ini, yaitu MB 1.1.
Varian itu belum masuk pada daftar "variants of interest" (VOIs) maupun "variants under monitoring" (VUMs) yang dikeluarkan WHO.
Meski belum banyak informasi mengenai varian MB 1.1, ia menduga gejala yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan varian Omicron sebelumnya.
"Gejala yang ditimbulkan pun sejauh ini serupa dengan varian-varian Covid-19 sebelumnya, termasuk demam, pusing, batuk, sakit tenggorokan, mual dan muntah, serta nyeri sendi," ujar dia.
Ia mengingatkan masyarakat tetap mengantisipasi potensi tertular dengan menjaga kebersihan, pola makan bergizi, dan istirahat cukup.
"Jika berada dalam kerumunan dan merasa tidak dalam kondisi prima, sebaiknya menggunakan masker atau membatasi diri,” katanya.
Selain itu, Tri meminta masyarakat untuk memantau keadaan dari sumber informasi yang dapat dipercaya, termasuk dari pemerintah dan lembaga yang dapat dipercaya.
"Kita harus yakin bahwa kita bersama telah memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk dapat bertahan pada masa-masa sulit pandemi," ujar dia.
Perbandingan Dampak Subvarian Baru dengan Delta hingga Omicron
Guru besar Imunoligi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret UNS, Prof Tonang Dwi Ardyanto merespons positif kecepatan pemerintah daerah melakukan antisipasi Covid-19.
Menurut Tonang, pengalaman penanganan saat pandemi Covid-19 menjadi pengalaman dan pelajaran berharga bagi pemerintah dan daerah. Namun, Toanng meyakini dampak Subvarian Covid-19 yang baru tidak seperti varian delta atau omicron yang lebih mematikan.
"Ya karena mobilitas masyarakat kan tinggi. Sekarang biasa ke Singapura, Malaysia, atau negara lain dalam waktu singkat. Wira-wiri atau pulang pergi ke negara lain sudah biasa. Ya kita perlu waspada karena perebakan sudah terjadi. Varian Nimbus memang lebih cepat menukae tetapi gejala tidak separah saat pandemi," ujar Tonang saat ditemui KBR di Fakultas Kedokteran UNS, Kamis (12/6/2025).
"Tak perlu panik atau takut. Biasakan kembali hidup sehat, bersih dan protokol kesehatan," imbuhnya.
Lebih lanjut Tonang menjelaskan hampir seluruh warga di Indonesia sudah menetima vaksin Covid 19 saat pandemi lalu. Vaksin Covid akan menyesuaikan kemampuan untuk mengantisipasi varian covid baru.
"Omicron, delta, hingga Nimbus akan tertangani," pungkas Tonang.
Baca juga:
- Ekonom: Dampak Tarif Trump Tak Bakal Seberat Krisis 1998 dan Covid-19
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!