NASIONAL

Stroke Jenis Pendarahan Sumbang Angka Kematian Terbanyak

Patut disayangkan, screening atau proses mengidentifikasi seseorang terserang stroke belum banyak dilakukan.

AUTHOR / Ken Fitriani

EDITOR / R. Fadli

Stroke
Komunitas tenaga medis dan dokter gelar aksi peringatan Hari Stroke Sedunia di Kudus, 2019. (Foto: ANTARA)

KBR, Yogyakarta - Stroke menjadi penyakit yang menyumbang kematian terbanyak di Indonesia. Jumlahnya mencapai 19,42 persen dari total kematian di tanah air. Data ini disampaikan dalam simposium internasional bertema "Exploring Challenges Issues, Emerging Trends Neuro-Oncology & Neurovaskular Update", pada 13-14 September 2024 di Yogyakarta.

Data yang bersumber dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2019 itu juga menyebut, dua penyakit lain yang turut menyumbang kematian terbanyak yaitu jantung dan kanker.

Menurut Ketua Panitia Simposium, Wisnu Baskara, stroke terdiri dari dua jenis yaitu pendarahan dan penyumbatan.

"Di Indonesia masih menjadi pembunuh nomor satu stroke, terutama stroke pendarahan. Makanya kan Kemenkes ini programnya banyak, mengadakan cath lab dan sebagainya," katanya di sela acara, Jum'at (13/9/2024).

Wisnu juga mengungkapkan, stroke merupakan penyakit yang tipikalnya datang secara mendadak, dan bisa menimpa siapa saja, baik usia tua maupun muda.

Patut disayangkan, screening atau proses mengidentifikasi seseorang terserang stroke belum banyak dilakukan. Padahal screening penting sebagai langkah pencegahan stroke secara dini.

"Jangan sampai stroke dulu. Kita preventif dulu, screening dulu, kalau ada masalah vaskuler, kita bisa tangani dulu supaya tidak terjadi stroke," ujarnya.

Menurut Wisnu, jika seseorang sudah terkena stroke, mortalitasnya akan tinggi dan bisa menyebabkan kecacatan. Oleh karenanya, jika seseorang sudah terkena stroke mau tidak mau harus segera dibawa ke rumah sakit.

"Kalau kena stroke mau enggak mau harus segera dikirim ke rumah sakit. Karena kalau sudah kena stroke kita harus menentukan jenis strokenya, sumbatan atau pendarahan. Tata laksana antar keduanya berbeda," tandasnya.

Secara garis besar, kata Wisnu, ada dua jenis stroke, yakni pendarahan dan penyumbatan. Pendarahan seringkali disebabkan oleh darah tinggi, sedangkan penyumbatan disebabkan oleh diabetes ataupun kolesterol.

"Kalau di jantung cardiac atau serangan jantung, kalau di otak namanya serangan stroke. Yang paling mematikan itu stroke pendarahan," jelasnya.

Wisnu mengimbau, untuk menghindari terjadinya serangan stroke, masyarakat diharapkan untuk menerapkan pola hidup sehat. Salah satunya dengan berolahraga dan tidak merokok.

"Ada hal-hal yang bisa dimodifikasi. Istilahnya bisa dimodifikasi agar terhindar stroke, jangan merokok, obesitas, jangan gaya hidup yang malas-malasan, makan sayur-sayuran," imbuhnya.

Wisnu menambahkan, terkait kasus stroke di tempatnya praktik yakni RS Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah, sangat luar biasa. Artinya, setiap hari ada pasien masuk ke unit layanan stroke. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit stroke bisa mengancam siapa saja.

"Dari 12 bed yang kita punya itu selalu penuh semua. Masyarakat belum aware dan angkanya cukup tinggi. Goals dari simposium ini adalah sharing ilmu pengetahuan, supaya nanti praktisi kesehatan bisa lebih update," pungkasnya.

Baca juga:

Puluhan Kasus Cacar Monyet Terkonfirmasi, Terbanyak di Jakarta

Kasus TBC Terbanyak, Jawa Barat Dapat Lima Alat Pendeteksi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!