NASIONAL

RI Terbanyak Kena Serangan Siber, Kominfo: Minat di Bidang Keamanan Digital Rendah

"9 dari 10 pusat teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, dan hanya satu dari 10 orang yang berminat mendalami keamanan siber."

AUTHOR / Yuli Anisah

serangan siber
Ilustrasi. (Foto: Anete Lusina/Pexels.com)

KBR, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut Indonesia menjadi negara di urutan pertama di ASEAN yang paling sering kena serangan siber.

Sekjen Kementerian Kominfo Mira Tayyiba mengutip data BSSN yang menyebut pada 2021 lalu serangan siber di Indonesia mencapai 700 juta serangan.

Mira juga mengutip data dari Cyber Threat Report 2020 yang dikeluarkan Deep Instinc, perusahaan keamanan siber yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Data itu menyebut, selama 2020 terjadi peningkatan serangan malware sebesar 358 persen dan peningkatan serangan ransomware sebanyak 435 persen.

"Indonesia di urutan pertama dengan serangan ransomware terbanyak di negara ASEAN sepanjang 2021, yaitu 1,3 juta serangan dari keseluruhan sekitar 2,7 juta kasus. Oleh karena itu, Indonesia sangat perlu, sudah pada tahap urgent memiliki tenaga profesional di bidang keamanan siber," kata Mira dalam acara "Seminar Nasional "Today and Tomorow's Cybersecurity Talent: Issue and Challange", Senin (24/10/2022).

Mira mengatakan Indonesia saat ini masih kekurangan SDM terkait tenaga kemanan profesional karena minimnya minat dari talenta teknologi untuk mendalami keaman siber. Sehingga perlu dilakukannya intensifikasi atau meningkatkan jumlah tenaga profesional.

"Survai yang dilakukan oleh SecLab BDO Indonesia terhadap talenta teknologi Informatika di Indonesia, terungkap bahwa 9 dari 10 pusat teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak dan hanya satu dari 10 yang berminat mendalami keamanan siber. Bahkan hingga saat ini di Indonesia hanya ada sekitar 10 kampus yang memiliki jurusan keamanan siber, dari total 4 ribu kampus di Indonesia," kata Mira.

Baca juga:


Sekjen Kementerian Kominfo Mira Tayyiba mendorong pemerintah perlu melakukan intensifikasi kecakapan digital termasuk di bidang keamanan siber.

Menurut Mira, intensifikasi tidak hanya dapat berkonsentribusi pada penguatan keamanan siber, tetapi juga pada kondisi ekonomi.

Dengan melakukan intensifikasi, Indonesia dapat memperoleh potensi digital sebesar Rp4.500 triliun atau sebesar 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2030.

Ia mengatakan, Kementerian Kominfo berkomitmen terus menjalankan program pengembangan kecakapan digital secara komprehensif di tiga tingkatan mulai dari dasar menengah hingga lanjutan.

Di tingkat dasar, Kominfo memberikan pelatihan kecakapan digital ke masyarakat umum yang didasarkan pada 4 pilar, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital dan keamanan digital.

Ia berharap peningkatan kapasitas keamanan seliber tersebut dapat menghasilkan ahli kemanan siber yang berkualitas dunia untuk mengatasi ancaman kemana siber.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!