Dengan merenungi perintah berpuasa dan perintah Allah lainnya, maka setiap muslim akan memancarkan kehanifannya dalam beragama.
Penulis: Ken Fitriani
Editor: R. Fadli

KBR, Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, momen Idulfitri dapat dijadikan sebagai wahana introspeksi diri, baik sebagai warga bangsa, umat, maupun tokoh bangsa.
Kata Haedar, pada bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, jiwa takwa, jiwa abdullah dan jiwa khalifatu fil ardh senantiasa membersamai hidup bangsa Indonesia baik dalam jiwa, alam pikiran, sikap dan tindakan. Sehingga, baik sebagai warga, umat, maupun tokoh umat, umat bangsa akan senantiasa menebar ketakwaan itu menjadi rahmat bagi semesta alam.
"Maka saatnya Idulfitri kita jadikan tonggak dan jalan baru untuk memulai menampilkan dan memerankan diri secara hakiki sebagai insan bertakwa, yang jiwanya senantiasa dekat dengan Allah. Sebagai hamba Allah atau abdullah dan peran kehidupannya sebagai khalifatul fil ardh, khalifah di muka bumi yang senantiasa menebar kebaikan, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian dan hal-hal yang membawa kemaslahatan sehingga kehidupan akan menjadi lebih baik," katanya dalam Refleksi Idulfitri dengan tema "Wujudkan Takwa dalam Kehidupan Nyata" secara daring, Sabtu (30/3/2025).
Haedar melanjutkan, perintah berpuasa sebagai rukun Islam ini bergerak pada dimensi luas menyangkut akidah, akhlak, dan muamalah duniawiyah.
Menurutnya, jika umat muslim mengamalkan dan merenungi perintah berpuasa dan perintah Allah lainnya, maka setiap muslim akan memancarkan kehanifannya dalam beragama.
“Sehingga dengan beragama menjadi manusia yang selain saleh, buah dari ibadah kepada Allah SWT dan kesalehan itu terpancar dalam jiwanya, dalam dirinya, dalam pikirannya, dalam tindakannya, tetapi juga memancar kesalehannya di keluarga, dalam masyarakat, dalam kehidupan bangsa bahkan dalam relasi kemanusiaan global,” jelasnya.
Menurut Haedar, dari kesalehan itulah kemudian tercipta hidup yang damai, bersatu, harmonis, toleran terhadap perbedaan. Berkat kesalehan itu pula hidup manusia bisa menjadi bijaksana, bahkan lebih dari itu, ialah keberadaban.
“Hidup beradab yang akan membawa pada peradaban tinggi,” tegas Haedar.
Haedar menilai, manusia baru yang berjiwa hanif dan beragama secara hanif, akan memunculkan dan menumbuhkan jiwa khalifatul fil ardh yang selalu memakmurkan bumi, mensejahterakan sesama, bahkan menciptakan kehidupan yang baik. Hal ini berlaku baik dengan sesama manusia dan makhluk Tuhan yang lain maupun dengan lingkungan semesta.
“Maka siapapun manusia muslim sebagai warga, sebagai umat dan lebih-lebih sebagai elit tokoh bangsa berkiprah dalam kehidupan kenegaraan, berperan sebagai pemimpin negeri dan tokoh umat, maka selain berjiwa akhlak mulia pantulan dari kesalehan tapi juga memiliki jiwa kekhalifahan di muka bumi,” ujarnya.
Dengan kesalehannya, lanjut Haedar, setiap para pemimpin bangsa, pemimpin umat selalu berbuat yang benar, berbuat yang baik, berbuat yang pantas atau patut dan segala hal yang baik dalam kehidupan. Sebaliknya, menjauhi hal yang salah, buruk dan tidak pantas.
“Maka, dengan kesalehan, lebih-lebih menjadi pemimpin bangsa, pemimpin umat akan senantiasa menebar segala hal yang positif di dalam kehidupan. Mampu mensejahterakan rakyat, memajukan rakyat, mencerdaskan rakyat dengan penuh pertanggungjawaban,” jelasnya.
Dijelaskan Haedar, manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki tanggung jawab mewakili Tuhan untuk memakmurkan kehidupan. Maka dengan kesalehan dan jiwa kekhalifahan, setiap muslim dimanapun dan diberi tanggung jawab apapun senantiasa membawa kemaslahatan dan tidak menimbulkan kemudaratan.
“Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan sumber daya alam, konflik dan segala hal yang buruk dalam kehidupan bermula dari hawa nafsu yang tidak dikendalikan oleh agama yang hanif dan kesadaran manusia sebagai abdullah dan khalifatullah. Maka, ketika wagra dan para pemimpin bangsa punya jiwa sebagai abdullah dan khalifatulfil ard, maka tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara akan senantiasa baik. Akan senantiasa menciptakan kemajuan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, dan segala hal yang positif di dalam kehidupan berbangsa dan negara,” paparnya.
Haedar menambahkan, peran yang tidak bisa diabaikan adalah menjadi khalifatul fil ardh (khalifah di muka bumi) yang senantiasa menebar kebaikan, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, dan hal-hal yang membawa kemaslahatan sehingga kehidupan akan menjadi lebih baik.
“Semoga puasa kita, Idulfitri kita, diterima Allah dan diberkahi,” pungkasnya.
Baca juga:
Hari Ini, Majelis Mujahidin DIY Laksanakan Salat Id