NASIONAL

PSI Curiga Dijadikan Perantara untuk Delegitimasi Pilpres

Lonjakan suara PSI sangat wajar terjadi, karena mungkin penghitungan suara dalam beberapa hari terakhir.

AUTHOR / Astri Yuanasari

PSI
Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia PSI, Dedek Prayudi saat acara Politik Marah-Marah VS Politik Gemoy di Jakarta (29/11/2023). (Foto: ANTARA/Fauzan).

KBR, Jakarta - Sejumlah pihak menyoroti jumlah suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang melesat naik dalam beberapa hari terakhir.

Juru Bicara PSI Dedek Prayudi menduga, PSI dijadikan proxy atau perantara untuk mendelegitimasi Pemilihan Presiden (Pilpres) menggunakan Pemilihan Legislatif (Pileg).

Melalui laman instagramnya, Dedek menilai, lonjakan suara PSI sangat wajar terjadi, karena mungkin penghitungan suara dalam beberapa hari terakhir, data yang masuk di Sirekap adalah dari lumbung-lumbung suara PSI.

"Terutama DKI 2 Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Internasional, itu yang masuk baru sekitar 21%-an. Nah inilah dia yang kemudian menyebabkan mungkin yang sudah dihitung itu adalah lumbung-lumbung suara partai tertentu, sementara lumbung suara partai yang lain itu belum mulai dihitung. Atau mungkin sebelumnya, sebelum kami meroket beberapa hari yang lalu, lumbung-lumbung suara kami juga belum dihitung, nah ketika ini dihitung maka terjadi kenaikan persentase," kata Dedek, dikutip dari laman Instagramnya, Minggu (3/3/2024).

Baca juga:

- Kenapa PSI Dukung Prabowo-Gibran? Ini Alasan Ketum PSI Kaesang Pangarep

- Kampanye? Jokowi: Saya Sudah Diajak Bolak Balik

Dedek pun mempertanyakan, mengapa hanya partainya yang menjadi sorotan terkait perbedaan suara yang didapatkan di real count, dengan prediksi quick count. Padahal menurutnya, partai-partai lain juga mengalami hal yang sama.

"Kalau kita melihat quick count, sebenarnya yang paling jauh dari prediksi quick count itu bukan kami, melainkan PKB, dan juga Partai Gelora, yang paling meroket juga. Nah ini kan yang kami heran kan. Ini kenapa kami yang menjadi sasaran tembak terus, ini di sosial media, di mana-mana," imbuhnya.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!