NASIONAL

Polusi Udara dan Ancam Kesehatan pada Kelompok Rentan

Angka kasus ISPA kini meningkat menjadi 200 ribu pasien, melonjak drastis dari sebelum COVID-19 sebanyak 50 ribu pasien.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

polusi
Dokter memeriksa pasien bergejala ISPA di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (11/8/2023). (Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso)

KBR, Jakarta - Kualitas udara yang buruk di kawasan ibu kota Jakarta dan sekitarnya mulai berdampak pada kesehatan warga.

Kementerian Kesehatan mencatat ada kenaikan pasien infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA. Angka kasus ISPA kini meningkat menjadi 200 ribu pasien, melonjak drastis dari sebelum COVID-19 sebanyak 50 ribu pasien.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan data tersebut merupakan data pemantauan yang dilakukan enam bulan sekali. 

Siti Nadia mengatakan polusi udara di Jakarta juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya, namun tidak separah sekarang. Polusi udara menjadi faktor risiko terbesar yang membuat orang mengalami gangguan pernapasan.

“Kalau kita lihat memang polusi udara itu tidak berhubungan langsung. Bukan karena polusi udara orang jadi sakit tetapi dia merupakan faktor risiko terbesar membuat orang sakit terutama infeksi saluran pernapasan atas, karena polutan-polutan itu, kalau terhirup oleh kita, dia akan mengiritasi organ-organ saluran pernapasan atas,” kata Siti saat dihubungi KBR, Kamis (24/8/2023).

Siti Nadia Tarmizi mengatakan anak-anak dan warga lanjut usia menjadi kelompok yang paling rentan terpapar penyakit gangguan pernapasan akibat polusi udara. 

Di usia lansia, sistem imunitas tubuh sudah melemah. Sementara, di masa anak-anak sistem tersebut belum berkembang optimal sehingga daya untuk mengeluarkan polutan dari saluran pernapasan tak bekerja dengan baik.

Meningkatnya jumlah pasien ISPA dan pneumonia antara lain terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Persahabatan Jakarta Timur.

Direktur Utama RSUP Persahabatan, Agus Dwi Susanto mengatakan peningkatannya mencapai 20 hingga 30 persen ketimbang Maret sampai Juli tahun lalu.

Meski begitu, dia belum dapat memastikan apakah peningkatan pasien ISPA dan pneumonia tersebut akibat buruknya kualitas udara di Jakarta belakangan ini.

“Data ISPA dan pneumonia kita sudah buka data di RSUP Persahabatan untuk periode Maret sampai Juli, dibandingkan Maret-Juli 2022, ada peningkatan sekitar 20 sampai 30 persen, kunjungan kita di poli karena ISPA maupun pneumonia. Hanya saja kita belum menganalisis hubungannya dengan polutan di wilayah Jakarta Timur, jadi kalau ditanya ada peningkatan, ada,” kata Agus dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Rabu (24/8/2023).

Dokter spesialis paru di RSUP Persahabatan, Feni Fitriani Taufik mengatakan jika memang rujukannya data indeks kualitas udara, maka udara di Jakarta yang tergolong tak sehat, bisa berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Feni mengatakan polusi udara berpotensi membahayakan kelompok rentan seperti ibu hamil dan lansia. Pada ibu hamil, risikonya bisa menyebabkan janin lahir dengan berat badan rendah serta panjang tubuh menjadi lebih pendek.

Feni Fitriani mengatakan polusi udara juga rentan berdampak ke anak usia balita. Paparan polusi udara bisa menyebabkan penyakit asma, gangguan pertumbuhan paru bahkan stunting. 

Menurut dia, jika sejak kecil sudah terpapar polusi udara dan gejala gangguan pernafasan tidak segera ditangani, maka bakal berdampak pada kualitas kesehatan tubuhnya di masa dewasa dan lansia nanti.

“Kemudian ini kalau tidak diatasi dia berada di lingkungan polusi udara yang terus menerus, itu akan jadi PR seumur hidup. Pada saat dewasa muda dia sudah pada kondisi kesehatan yang tidak optimal. Rentan jadi timbulnya asma, PPOK-nya juga mungkin terjadi apalagi saat dia makin lanjut usia, karena faktor degeneratif semua itu jadi akumulasi efek yang bisa mengurangi kualitas kesehatan dan kualitas hidupnya,” ucap Feni.

Baca juga:


Sementara, Wakil Ketua Komisi bidang Lingkungan Hidup di DPR-RI Anggia Erma Rini mengatakan pemerintah mesti cepat menangani pencemaran udara di Jakarta mengingat sudah ada kenaikan pasien penyakit pernapasan.

Anggia mengatakan komisi di DPR bakal membentuk panitia kerja tentang polusi udara di Jabodetabek.

“Harus ada respons yang sangat cepat karena sudah ada peningkatan pasien lalu terus juga indeksnya naik terus ya kita harus cek juga. Kalau DPR kami minggu depan baru kita rapat nih, dan saya sudah usul di rapat minggu lalu bahwa kita harus punya panja untuk lihat atau untuk membahas polusii terutama yang ada di DKI,” kata Anggia kepada KBR, Kamis (24/8/2023).

Wakil Ketua Komisi bidang Lingkungan Hidup DPR RI Anggia Erma Rini mengingatkan agar pemerintah pusat ikut terlibat dalam mengatasi polusi udara di Jakarta, dan tidak seluruhnya lepas tangan menyerahkan penyelesaian ke pemerintah provinsi.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!