NASIONAL

Megathrust Mengancam, Bagaimana Kesiapsiagaan Kita?

BNPB mengeklaim terus memperkuat kesiapsiagaan di wilayah-wilayah yang memiliki potensi megathrust. Bagaimana upaya kesiapsiagaan yang harus dan sudah dilakukan

AUTHOR / Astri Yuanasari

EDITOR / Agus Luqman

megathrust, kesiapsiagaan bencana, siaga megathrust, antisipasi megathrust, bagaimana kesiapan hadap
Warga mengikuti simulasi potensi bencana megathrust di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (5/9/2024). (Foto: ANTARA/Idhad Zakaria)

KBR, Jakarta - Gempa magnitudo 5,0 mengguncang Bandung Raya, kemarin pagi. Gempa berpusat di 24 km tenggara Kabupaten Bandung, berkedalaman 10 km. 

Badan Geologi Kementerian ESDM menyebut, gempa diakibatkan Sesar Garsela atau Sesar Garut Selatan, salah satu sesar aktif di Jawa Barat bagian selatan.

Otoritas kebencanaan memastikan kejadian gempa ini bukan bagian dari segmen megathrust atau gempa besar. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 15 segmen megathrust yang membentang sepanjang pesisir barat Sumatra Selatan, Jawa, Bali, wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi wilayah utara, dan Papua bagian utara. Kepala BNPB, Suharyanto mengeklaim telah melakukan persiapan bencana.

"Kita punya program di daerah-daerah yang punya potensi gempa bumi, tsunami ini memasang peringatan dini secara modern. Kemudian juga menyiapkan masyarakatnya, kita punya desa tanggap bencana. Jadi ada 3 ribuan desa di sepanjang pesisir pantai, ini dibentuk desa tangguh bencana. Secara bertahap, secara terus menerus, program-program kegiatan tangguh bencana baik daerah sampai pusat terus dilakukan. Sehingga pada masyarakat tidak perlu takut, tetapi tentu saja harus paham, harus meningkatkan kesiapan," kata Suharyanto dikutip dari kanal resmi BNPB, Selasa (17/9/2024).

Suharyanto menyebut kesiapan Indonesia menghadapi bencana dapat dilihat dari catatan tiga tahun terakhir, Kata dia, dampak kerusakan infrastruktur dan korban terus berkurang. Meski begitu, ia tetap meminta kewaspadaan terus ditingkatkan.

Baca juga:

Kesiapsiagaan

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan surat edaran terkait kesiapsiagaan ancaman gempa dan tsunami di wilayah pantai selatan Jawa Tengah. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Soemarno mengatakan surat edaran itu bagian dari antisipasi megathrust.

"Dari BMKG ada imbauan itu terkait gempa makanya kami buat surat edaran yang sudah saya tanda tangani untuk disebar ke kabupaten/kota. Untuk melakukan mitigasi, ini sifatnya antisipasi untuk di daerah selatan seperti Kebumen dan sekitarnya, karena apapun kita berdoa agar tidak terjadi dan tetap melakukan antisipasi," ungkap Soemarno, di Semarang, Senin (02/09/24).

Persiapan menghadapi risiko megathrust segmen Selat Sunda juga dilakukan Pemprov Jakarta. Petugas kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta, Wardaya mengatakan, akan ada simulasi serentak dalam waktu dekat.

Simulasi digelar untuk mengurangi risiko megathrust, dan ditargetkan menjangkau semua kalangan masyarakat. Mulai dari skenario di rumah sakit, permukiman padat penduduk, pasar, sekolah, hingga gedung perkantoran.

Sebagian kalangan wakil rakyat di parlemen meminta ancaman megathrust menjadi perhatian serius semua pihak. Ketua Komisi bidang Kebencanaan DPR, Ashabul Kahfi mendorong BNPB menggencarkan sosialisasi dan edukasi megathrust agar masyarakat bisa melakukan upaya mitigasi bencana.

"Edukasi dalam bentuk mitigasi ketika terjadi bencana atau mengantisipasi bencana. Karena hasil survei saya pernah baca di Kompas tahun kemarin sampai hari ini masyarakat itu hanya di angka sekitar 10 persen yang pernah mendapatkan informasi terkait masalah kebencanaan. Nah itu kita minta agar BMW ini melakukan paham sosialisasi atau edukasi kepada masyarakat sehingga ketika terjadi bencana mereka sudah tahu mau berbuat apa," kata dia dalam pernyataan resmi di akun Youtube DPR RI (16/09/24).

Baca juga:

Sejauh ini, dari hasil analisis Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) menyebut, kesiapsiagaan pemerintah dalam penanganan megathrust masih belum sistematis.

Ketua Umum MPBI, Avianto Amri mengatakan, informasi yang kerap tersebar ke masyarakat masih banyak sebatas ancaman yang akan dihadapi. Hal itu dikhawatirkan hanya akan membangun ketakutan.

"Dalam menghadapi ancaman megathrust itu tidak hanya mengenai sarana prasarana, fasilitas. Tapi juga bagaimana seluruh komponen baik pemerintah daerah, berbagai instansi dan juga masyarakat itu bisa mengantisipasi dalam hal ancaman megathrust ini. Sehingga tentunya paling penting adalah mengenalkan masyarakat bisa paham mengenai ancaman dan resiko yang terjadi dan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk mitigasi dan bagaimana bisa mengurangi ancaman," kata Avianto kepada KBR.

Ketua Umum MPBI, Avianto Amri meminta BMKG tak sekadar memberi informasi bencana, namun juga aktif dalam mitigasi bencana. Kata dia, perlu pelatihan dan edukasi rutin yang sistematis, agar program-program kesiapsiagaan bencana bisa menjangkau seluruh elemen masyarakat.

"Informasi tentang ancaman bencana harus dibarengi dengan langkah-langkah yang jelas dan mudah diikuti oleh masyarakat. Kedua, bagaimana pemerintah itu harus berhenti dalam fokus membuat kecemasan atau ketakutan, tapi juga mulai merangkul atau berkolaborasi kepada lembaga terkait, pemerintah daerah dan tokoh masyarakat hingga masyarakat sipil," kata dia.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!