NASIONAL

Pemerintah Didesak Evaluasi Program Food Estate

"Itu perlu ada kajian lingkungan hidup strategis, itu yang harus dirubah konteks kebijakan-kebijakan yang memang hari ini ada di depan mata kita,"

AUTHOR / Shafira Aurel

Food Estate dinilai gagal oleh greenpeace
Foto udara sawah untuk program food estate di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Foto diambil Sabtu (8/10/2022). (Foto: ANTARA/Makna Zaezar)

KBR, Jakarta- Greenpeace mendesak pemerintah segera mengevaluasi program lumbung pangan atau Food Estate.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas mengatakan program itu dinilai tidak memberikan dampak dan manfaat kepada masyarakat. Menurutnya, selama tiga tahun proyek berjalan, tidak ada evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk membenahi kekurangannya.

"Itu perlu ada kajian lingkungan hidup strategis, itu yang harus diubah konteks kebijakan-kebijakan yang memang hari ini ada di depan mata kita. Sehingga kita harus lakukan evaluasi sebelum proyek-proyek (Food Estate) ini makin memperluas,” ujar Arie dalam Diskusi 'Tiga Tahun Proyek Food Estate, Kamis (13/7/2023).

Arie menambahkan, program Food Estate di berbagai daerah harus menjadi perhatian agar tak memperbanyak catatan kegagalan.

Selain itu, dia juga meminta pemerintah untuk tidak memaksakan program Food Estate ini dilanjutkan di lahan yang tidak mempunyai kondisi tanah yang tepat.

Baca juga:

- Jokowi Sebut Panen Jagung di Lumbung Pangan Keerom Melebihi Standar

- Pekerja Food Estate Kalteng Tak Dibayar 3 Bulan

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menggagas program Food Estate di berbagai wilayah. Program ini ditujukan untuk mencegah ancaman krisis pangan.

Food estate sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan pangan di dalam negeri, mengingat masih ada komoditas pangan yang sangat bergantung dengan impor, seperti kedelai, jagung, bawang putih, hingga gula.

Editor: Resky Novianto

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!