NASIONAL

Pemanasan Global, 700 Hektare Daratan di Jawa Barat jadi Laut

Jawa Barat sudah hilang 700 hektare tanahnya, sekarang menjadi lautan. Kenapa? Level rising is happening.

AUTHOR / Arie Nugraha

Pemanasan Global, 700 Hektare Daratan di Jawa Barat jadi Laut
Warga melewati genangan banjir rob yang merendam halaman Mako Satpolair Polres Indramayu di Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (11/7/2023). ANTARA/Dedhez

KBR, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan 700 hektare daratan di provinsinya sudah menjadi laut. Dia menyebut, kondisi itu terjadi karena dampak pemanasan global.

Itu disampaikan Ridwan Kamil saat menjadi pembicara di Indonesia Digital Conference (IDC) di Bandung.

"Jawa Barat sudah hilang 700 hektare tanahnya, sekarang menjadi lautan. Kenapa? Level rising is happening. The next 13-15 year all capital city terancam dan Jawa Barat sudah hilang 700 hektare itu. Ini true story," ujar Ridwan Kamil, Rabu (23/8/2023).

Dia menyebut, daratan yang hilang beberapa di antaranya di pesisir utara Bekasi hingga Subang. Pemicunya adalah konsumsi karbon yang berlebihan.

Baca juga:

Agar pemanasan global tidak meluas, dia mengajak masyarakat mengubah gaya hidup dengan mengurangi jejak karbon. Ridwan Kamil mengeklaim terus menggalakkan program 'Gerakan Tanam dan Pelihara 50 Juta Pohon'.

"Rumusnya begini, kalau ada masyarakat Jabar yang berbahagia, sumbang pohon. Ulang tahun satu pohon, menikah sepuluh pohon, membangun rumah atau bangunan lain 1.000 pohon. Dengan begitu, masyarakat pun berlomba-lomba ikut menanam pohon," kata dia.

Dari target yang telah dicanangkan selama lima tahun terakhir, jumlah pohon yang ditanam mencapai 83.066.777 bibit pohon atau 166 persen dari target.

Dengan jumlah itu, dia mengeklaim telah memulihkan sekitar 81.000 hektare lahan kritis di Jabar.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!