NASIONAL

Menag: Politikus Kerap Jadikan Agama Objek Politik

Menag mengatakan, dirinya tidak bermaksud menyudutkan pihak tertentu.

AUTHOR / Heru Haetami

Menag: Politikus Kerap Jadikan Agama Objek Politik
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (18/9/2023). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

KBR, Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut, banyak politikus kerap menjadikan agama sebagai objek politik. Yaqut mengatakan, agama kerap diperalat menjadi senjata berpolitik oleh pihak tertentu.

"Ini sekarang yang banyak berpolitik melalui agama. Jadi semua tujuan-tujuan politiknya itu bukan dijiwai, tetapi didasari oleh nilai-nilai keagamaan. Jadi dicarikan dasarnya yang pas kira-kira yang sesuai dengan kepentingannya. Atau dalam bahasa yang paling ringkas agama diperalat menjadi alat politik dan ini tidak boleh terjadi," ujar Yaqut dalam acara peluncuran logo dan tema Hari Santri, Jumat (6/10/2023).

Menag mengatakan, dirinya tidak bermaksud menyudutkan pihak tertentu. Namun menurutnya, masih ada politikus di tanah air yang menjadikan agama sebagai kendaraan politik menjelang pemilu.

"Saya sekali lagi berpegang pada prinsip bahwa saya ingin menjaga agama ini dari dalam kemurnian ajarannya. Saya tidak ingin agama diperalat untuk kepentingan-kepentingan politik. Saya tidak menyebut seseorang atau satu kelompok tertentu, tidak menyebut. Ini berlaku umum, secara secara umum, berlaku keseluruhan. Jadi kalau kemudian ada yang tersinggung, ada yang merasa kesentil gitu, ya mohon maaf. Mohon maaf mungkin Anda lelah atau pikniknya kurang gitu ya kan," ujarnya.

Baca juga:

Yaqut menambahkan, dalam berpolitik seharusnya mengambil nilai-nilai agama, bukan malah menempatkan agama sebagai kepentingan politik.

"Belum ada yang begitu. Jadi kalau ada kelompok moderat kemudian bergabung dengan yang tidak moderat gitu, dan berasumsi yang tidak moderat akan menjadi moderat, nanti dulu lah. Kita lihat metodenya bagaimana, nanti kita harus uji dulu metodenya apakah iya. Kalau iya, ya Alhamdulillah," kata Yaqut.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!