NASIONAL

Kenaikan Harga Komoditas Bahan Pangan Dinilai Tidak Wajar

Peningkatan harga bahan pangan karena tingginya permintaan biasanya terjadi pada tiga fase, yakni H-7 sebelum Ramadan, H-3 sebelum Idulfitri dan H+7 setelah Idulfitri.

AUTHOR / Astri Yuanasari

Kenaikan harga bahan pokok
Ilustrasi: Mendag Muhammad Lutfi memantau harga sembako di Pasar Raya Padang, Sumbar. Jumat (25/2/22). (FOTO: Antara/Muhammad Arif)

KBR, Jakarta- Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan yang terjadi jauh sebelum memasuki Ramadan dinilai sangat tidak wajar. Penilaian atas ketidakwajaran itu disampaikan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi).

Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi Sarijowan menyebut peningkatan harga bahan pangan karena tingginya permintaan biasanya terjadi pada tiga fase, yakni H-7 sebelum Ramadan, H-3 sebelum Idulfitri dan H+7 setelah Idulfitri. Namun tahun ini, bahkan sebulan sebelum Ramadan, harga beberapa komoditas selain minyak goreng, juga sudah melonjak.

"Tentu kami melihat 1 bulan sebelum masuk Ramadan ini pedagang-pedagang kita akhirnya mengurangi volume penjualan. Saya kasih contoh yang tadinya daging tadinya normalnya Rp115.000 sampai Rp120.000 sekarang tembus Rp140.000, akhirnya pedagang kita mengurangi volume penjualan. Waktu harga normal pedagang mampu menyetok kurang lebih hampir 50 kilo sekarang setengahnya kali, karena harganya sudah tinggi, ngambil ke RPH-nya sudah tinggi," kata Reynaldi saat dihubungi KBR, Senin (28/3/2022).

Baca juga:

Reynaldi mengatakan gejolak harga bahan pangan di pasaran sangat dipengaruhi oleh harga minyak goreng yang tinggi sejak akhir tahun lalu.

"Pantauan kami memang pangkal persoalannya itu ada di minyak goreng, akhirnya psikologi pasar terganggu beberapa komoditas akhirnya naik karena memang minyak goreng ini kan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat kita, karena hampir 2,4 juta KL itu konsumsi rumah tangga untuk minyak goreng," imbuhnya.

Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi Sarijowan mengungkapkan banyak pedagang yang akhirnya mengurangi volume barang jualannya, karena harga barang sudah tinggi. Karena itu, ia meminta pemerintah melakukan intervensi tata kelola perdagangan kebutuhan pangan agar stabilitas harga tetap terjaga.

"Seharusnya kan momentum hari-hari besar seperti Idulfitri, tahun baru, Natal dan hari-hari besar lainnya ini kan jadi momentumnya pedagang. Tapi, karena ngambil barang sudah tinggi, jadi apa yang mau diuntungkan," imbuhnya.

Reynaldi menambahkan, selain harga daging yang melonjak, cabai rawit merah, telur, ayam broiler, bawang merah dan bawang putih juga mengalami kenaikan harga.

Kata dia, saat ini harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp60 ribu per kilogram. Padahal, harga normal berkisar Rp33-35 ribu per kilogram. Bawang merah tembus di angka Rp34-36 ribu per kilogram, dengan harga normal 27-28 ribu per kilogram.

"Yang kami pantau cukup aman dan terkendali masih beras, kalau beras enggak aman, ya ini bahaya," imbuhnya.

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!