NASIONAL

Jutaan Gen Z Menganggur, BI Sebut Mereka Kerja Informal

Salah satu faktor banyaknya Gen Z yang dianggap menganggur di Indonesia.

AUTHOR / Shafira Aurel, Astry Yuana Sari

EDITOR / Sindu

Jutaan Gen Z Menganggur, BI Sebut Mereka Kerja Informal
Ilustrasi: Seorang Gen Z mendaftar Program Prakerja di Jakarta. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Deputi Gubernur Senior (DGS) Destry Damayanti menyebut mayoritas Generasi Z (Gen Z) cenderung terjun di startup atau sebagai pekerja informal. Hal ini menjadi salah satu faktor banyaknya Gen Z yang dianggap menganggur di Indonesia.

Respons itu disampaikan Destry menanggapi survei Badan Pusat Statistik (BPS) soal hampir 10 juta Gen Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan. Gen Z adalah orang-orang yang lahir di rentang tahun 1997 hingga 2012.

Menurutnya, masalah pengangguran harus menjadi prioritas pemerintah. Sebab data BI memperlihatkan pertambahan tenaga kerja Indonesia di bidang informal jauh lebih cepat dibandingkan formal.

"Anak-anak Gen Z itu umumnya masih suka startup atau bisnis sebetulnya. Tapi, karena enggak formal dianggap enggak kerja. Padahal dia kerja, tapi akan kita coba lihat struktur ketenagakerjaan kita tapi kalau di assesment kami (BI) memang informal tumbuh cepat sekali," ujar Destry dalam fit and proper test calon DGS BI, di Komisi XI DPR, Senin, (3/5/2024).

Deputi Gubernur Senior (DGS) Destry Damayanti menyebut pemerintah perlu hadir memberikan bekal kemampuan building capacity dan manajerial. Tujuannya, sebagai upaya memperkuat akses keuangan mereka yang bekerja di bidang informal.

Kata dia, BI juga akan turut serta membantu pemerintah mengurangi jumlah pengangguran dengan cara memperluas lapangan pekerjaan.

Hampir 10 Juta Gen Z Menganggur

Sebelumnya, hasi survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus tahun lalu mencatat, ada 9,89 juta orang muda di Indonesia yang tidak bekerja dan tidak sedang sekolah. BPS menyebutnya "not in employment, education, and training" atau NEET. Angka itu setara dengan 22,25% dari total penduduk usia muda di Indonesia, atau berada di rentang usia 15-24 tahun.

Alasannya menurut BPS, karena putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, persoalan finansial, termasuk kewajiban rumah tangga.

Rinciannya, 5,2 juta orang di perkotaan, dan 4,6 juta di pedesaan. Fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. 

Sebab menurut Kementerian PPN/Bappenas, Indonesia akan mengalami masa bonus demografi pada 2030. Pada periode itu 64% dari total penduduk Indonesia berusia 15 hingga 64 tahun, atau masuk dalam kategori usia produktif.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut banyak dari pengangguran berusia muda dari kalangan SMA/SMK sederajat dan perguruan tinggi.

Sulit Dapat Kerja

Reza Rachmad Sidi, adalah salah satu contoh Gen Z yang menganggur. Setelah lulus sebagai sarjana komunikasi, ia berusaha mencari pekerjaan selama tiga bulan. Namun, hingga kini pemuda 24 tahun itu tak kunjung mendapat pekerjaan.

"Sudah berapa kali nyari kerja sudah pasti, ya. Kalau ditanya susah apa enggaknya, sudah pasti susah. Walaupun yang ditawarkan di berbagai platform job seeker, job seeker gitu kan juga banyak, tapi untuk tembus ke tahap interview saja sudah agak sulit banget," kata Reza kepada KBR, Selasa, (21/5/2024).

Salah satu faktornya lantaran syarat-syarat yang diminta perusahaan.

"Kalau ditanya kendala dari persyaratannya itu sudah pasti, kayak jumlah pengalaman dan good looking itu seharusnya tidak usah dicantumin sebenarnya. Apalagi yang soal perkara good looking itu sangat tidak penting sekali untuk menilai bagaimana pegawai itu dinilai kinerjanya. Dan juga kita nyari kerja itu juga nyari pengalaman, juga belajar gitu, jadi minimal pengalaman itu menurut saya tidak terlalu pentinglah untuk dicantumkan sebagai syarat," imbuh Reza.

Disaster Demografi?

Merespons fenomena tersebut, sosiolog dari Universitas Indonesia, Ida Ruwaida mendorong pemerintah segera menangani jutaan anak muda yang kini tidak produktif. Apalagi kata dia, saat ini sudah terjadi pergeseran cara pandang terhadap pekerjaan di generasi sekarang.

"Yang menarik kan sebetulnya juga data mengindikasikan tingkat partisipasi mereka di dunia pendidikan juga rendah. Karena kan tidak bisa dipungkiri juga orang sebagian mungkin tidak berpikir untuk sekolah tinggi-tinggi atau berijasah karena kaitannya juga dengan ternyata bisa jadi youtuber, bisa jadi apa, bisa jadi apa, ya, kan. Bekerja itu sebetulnya sudah berbeda orientasinya. Nah, artinya kan pemerintah juga harus mencoba memetakan sebetulnya potensi anak muda ini di mana, nah ini kesungguhan pemerintah untuk merancang agenda pembangunan untuk pemuda itu," kata Ida kepada KBR, Selasa, (21/5/2024).

Ida mengatakan, perlu ada program atau agenda strategis melibatkan berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini. Sebab, ia tidak ingin bonus demografi yang dimiliki Indonesia pada 2030, berubah menjadi disaster atau bencana demografi.

"Gen Z ini berkontribusi terhadap apa yang disebut bonus demografi. Tapi, kalau mereka tidak siap atau tidak disiapkan, nah itu kan bahaya juga, karena jumlahnya tidak sedikit, dan bisa bahkan nanti menjadi apa yang disebut sebagai disaster demografi," pungkasnya.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!