NASIONAL

Jelang Pemilu, Jumlah Konten Negatif Politik Meningkat 2 Kali Lipat

Dia menduga jumlah konten negatif bakal bertambah memasuki masa kampanye.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

Hoaks pemilu
Ilustrasi peringatan informasi hoaks. (Antara)

KBR, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 100 konten negatif berbau politik dan Pemilu 2024 sepanjangan Januari hingga Oktober tahun ini. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Usman Kansong mengatakan, jumlah itu meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu.

Dia menduga jumlah konten negatif bakal bertambah memasuki masa kampanye yang dimulai hari ini hingga 10 Februari 2024.

"Jadi sampai Oktober kami menemukan 100 konten yang negatif yang berbau politik dan pemilu, jadi dua kali lipat dibandingkan 2022. Dan kami menduga di masa kampanye akan semakin banyak hoaks politik atau disinformasi politik. Karena itu kami mulai mengetatkan pengawasan di ruang digital. Ya jadi umumnya (konten) sekarang ini disinformasi ya,” kata Usman kepada KBR, Senin (27/11/2023).

Usman menegaskan, kementeriannya akan membendung konten-konten hoaks serta narasi yang menjerumus pada polarisasi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Salah satu upayanya dengan memberi literasi digital kepada masyarakat berupa iklan atau konten di internet yang mengajak menjauhi politik identitas dalam berkampanye.

Baca juga:

Selain itu, Kementerian Kominfo juga melakukan pemantauan dengan tiga mekanisme yakni menggunakan kecerdasan buatan automatic identification system (AIS), patroli siber, dan laporan dari masyarakat.

“Hasil dari kerja-kerja pemantauan itu, kami kaji lagi, kami pastikan bahwa itu betul-betul politik SARA, ujaran kebencian, radikalisme atau mengarah ke radikalisme. Nah kalau itu benar mengarah ke ujaran kebencian, maka kami akan minta platform di mana (konten) ujaran kebencian ini muncul. Ya kalau muncul di Facebook, kami minta Facebook untuk men-take down,” ujarnya.

Kominfo mewaspadai tiga ancaman yang berpotensi muncul saat kampanye pemilu yakni kampanye hitam, deep fake, dan serangan siber.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!