NASIONAL

Jelang Debat Capres, INDEF Ingatkan Ketidakmerataan Akses Internet

Nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 77 miliar dolar Amerika atau setara Rp1,2 kuadriliun, tapi, potensi itu kurang termanfaatkan.

AUTHOR / Amanda Tities Kiesnaning Putri

Internet
Ketiga capres usai debat. (Foto: antaranews)

KBR, Jakarta - Lembaga kajian ekonomi dan keuangan INDEF mengingatkan ketimpangan teknologi digital di tanah air.

Peneliti Pusat Ekonomi Digital dan UKM INDEF Nur Komaria mengatakan, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 77 miliar dolar Amerika atau setara Rp1,2 kuadriliun, tapi, potensi itu kurang termanfaatkan.

"Daerah-daerah yang paling sulit memiliki akses internet yang bagus adalah dari Bengkulu, Sumsel, Aceh dan provinsi lainnya seperti Maluku. Di Maluku itu, untuk akses internet sekitar 70 persen masih belum tersentuh. Nah, terkait dengan inklusivitas internet, Indonesia dibandingkan dengan negara lain memiliki perbandingan yang cukup jauh bila dibandingkan dengan negara tetangga," ujar Peneliti Pusat Ekonomi Digital dan UKM INDEF Nur Komaria (2/2/2024).

Baca juga:

- Perempuan Memegang Peranan Penting Pengembangan Ekonomi Masyarakat

- Ganjar Janji Beri Layanan Internet Gratis

Peneliti Pusat Ekonomi Digital dan UKM INDEF Nur Komaria menambahkan, hasil survei The Economist pada 2022 menempatkan Indonesia di posisi 47 dunia terkait inklusivitas internet. Kalah jauh dibandingkan Singapura.

Nur berharap, debat terakhir calon presiden oleh KPU pada Ahad 4 Februari lusa, membahas ketidak-merataan akses internet dan infrastruktur.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto justru menyoroti permasalahan kesejahteraan sosial-ekonomi di Indonesia. Dengan tingkat kemiskinan mencapai 9,36 persen, persoalan stunting menjadi dampak nyata.

Untuk itu, Listiyanto menekankan pentingnya capres memberikan target konkret untuk mengatasi kemiskinan, bukan hanya menyajikan data tanpa elaborasi yang tajam.

Meskipun pengangguran terbuka menunjukkan tren penurunan menjadi 5,32 persen, tapi tantangan utama masih terletak pada penciptaan lapangan kerja yang menjadi kunci utama mewujudkan kesejahteraan.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!