NASIONAL

Harga Jagung Melambung, Pemerintah Ungkap Penyebabnya

"Harganya masih naik terus ya dan ini berakibat semakin banyak peternak yang mengafkir ayam,"

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

jagung
lustrasi:Harga jagung melonjak, Kampung Ayam Petelur, Desa Muktisari, Kabupaten Ciamis, Jabar, Senin (11/12/23).(Antara/Adeng Bustomi)

KBR, Jakarta- Pemerintah memperkirakan produksi jagung sepanjang Januari-Februari 2024 mencapai 2,2 juta ton.

Deputi Bidang Ekonomi Kepala Staf Kepresidenan, Edy Priyono mengeklaim, jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional. Itu dikatakan Edy saat Rapat Koordinasi Pengendalian inflasi Daerah Tahun 2024, hari ini. 

“Pada saat rapat koordinasi 11 Januari, kami bertanya kepada teman-teman Kementerian Pertanian bagaimana perkiraan produksi jagung di Januari-Februari 2024. Kami mendapat informasi bahwa perkiraan produksi untuk Januari-Februari total adalah 2,2 juta ton. Itu kalau ditambah dengan impor yang akan masih, itu cukup karena kebutuhan jagung nasional sekitar 1,1 atau maksimal 1,2 juta ton per bulan,” ujar Edy dipantau lewat kanal Youtube Kemendagri RI Senin (22/1/2024).

Baca juga:

Meski begitu, Deputi Bidang Ekonomi Kepala Staf Kepresidenan, Edy Priyono tidak menampik harga jagung terus mengalami kenaikan. Kata dia, harga jagung di tingkat peternak sudah melampaui Harga Acuan Pembelian (HAP) yang ditetapkan sebesar Rp5.000 per kilogram. Saat ini, rata-rata nasional harga jagung pakan senilai Rp7.970 per kilogram

“Sampai saat ini harganya masih naik terus ya dan ini berakibat semakin banyak peternak yang mengafkir ayam karena mereka tak sanggup menahan kerugian karena kalau harga jagung sudah sampai Rp8 ribu, itu titik impasnya bagi peternak adalah Rp29 ribu per kilogram harga telurnya. Harga tersebut harga di kandang, bukan di konsumen,” ucapnya.

“Kalau sekarang harga Rp29 ribu tapi itu di konsumen, harga di kandang Rp22 ribu sampai Rp23 ribu, peternak ayam petelur merugi, biasanya untuk mengatasi kerugian itu ayamnya dijual lebih awal,” sambungnya.

Lebih jauh Edy mengatakan, selain persoalan kenaikan harga, para peternak juga sulit mendapatkan jagung. Kata dia, kondisi itu disebabkan merosotnya produksi nasional. 

“Dari BPS memperkirakan terjadi penurunan produksi jagung dari 2022 ke 2023, penurunannya sekitar dua juta ton. Dari 16 sekian juta ton menjadi 14 sekian juga ton,” imbuhnya.

Edy mengatakan, kondisi itu diperparah belum terealisasinya sebagian penugasan impor jagung sebesar 250 ribu ton dari Badan Pangan Nasional kepada Perum Bulog pada 2023.

“Masih ada 66 ribu ton yang baru akan terealisasi di bulan Januari. Oleh karena itu, ini yang sebenarnya menjadi penyebab harga jagung sampai sekarang masih tinggi,” pungkasnya.

Editor: Muthia Kusuma

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!