NASIONAL
Hadapi Cuaca Ekstrem, Kemendagri Imbau Pemda Antisipasi Gagal Panen
"Ini harus diantisipasi. Jangan sampai begitu banjir, petani merugi," kata Tomsi.

KBR, Jakarta- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengimbau kepala daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, akibat prediksi curah hujan tinggi hingga Februari mendatang.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendaan Ilinflasi, hari ini, Pelaksana Tugas Sekjen Kemendagri, Tomsi Tohir menekankan pentingnya antisipasi agar sektor pertanian tidak mengalami kerugian.
"Jangan sampai ya Januari giliran mau panen kerendam, busuk. Nah hal-hal seperti ini teman-teman kepala daerah betul-betul mengantisipasi daerah-daerah persawahan atau daerah-daerah perkebunan yang memang setiap tahun langganan banjir. Atau pada tahun-tahun tertentu tidak banjir,tapi ini giliran 5 tahunan curah hujan tinggi di kita. Ini harus diantisipasi. Jangan sampai begitu banjir, petani merugi," kata Tomsi.
Pelaksana Tugas Sekjen Kemendagri, Tomsi Tohir khawatir jika curah hujan tinggi berkelanjutan, sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian di banyak daerah akan terdampak signifikan.
Baca juga:
Tomsi mendorong pemerintah daerah untuk proaktif melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah dengan berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan data dan informasi cuaca terkini. Selain itu, Tomsi juga menyarankan agar pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk rekayasa cuaca.
"Kalau kita hanya pasrah dengan keadaan curah hujan tinggi, tidak menggunakan rekayasa cuaca, kalau hanya sekadar mengantisipasi saluran-saluran enggak ketampung air itu. Dan tidak terkejar pendangkalan sungai dan lain sebagainya. Tidak akan terkejar dalam beberapa waktu untuk menyelesaikan masalah curah hujan tinggi ini," tambahnya.
Baca juga:
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!