NASIONAL
Gabung PPP, Sandiaga Uno Diingatkan 6 Prinsip Perjuangan
Prinsip musyawarah, yaitu bermusyawarah untuk mencapai mufakat merupakan prinsip dasar dalam proses pengambilan keputusan secara kolektif.
AUTHOR / Ardhi Ridwansyah
KBR, Jakarta - Sandiaga Salahuddin Uno resmi menjadi kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Peresmian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi anggota partai berlambang ka'bah digelar di Kantor Pusat P3 di Menteng, Jakarta Pusat, sore tadi.
“Hari ini telah secara resmi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan yaitu tokoh nasional kita yaitu Bapak Sandiaga Salahuddin Uno,” kata Plt Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono dalam konferensi pers.
Mardiono mengingatkan Sandiaga enam prinsip perjuangan partainya.
Pertama, prinsip ibadah ketika seluruh kegiatan politik didasarkan atas keterpanggilan untuk beribadah. Sehingga perjuangan yang dilakukan disertai dengan keikhlasan.
Kedua, prinsip amar makruf nahi mungkar. Yakni prinsip menyeru dan mendorong melaksanakan segala perbuatan yang baik serta mencegah segala perbuatan yang tercela.
“Dan yang ketiga adalah prinsip kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Yaitu penegakan dan pembelaan prinsip kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Yang keempat adalah prinsip musyawarah, yaitu bermusyawarah untuk mencapai mufakat merupakan prinsip dasar dalam proses pengambilan keputusan secara kolektif,” ucap Mardiono.
Baca juga:
- Perkuat Kemenangan Capres Ganjar, PDIP Bentuk Tim Khusus
- Survei Poltracking: Prabowo Ungguli Ganjar dan Anies
Kelima, prinsip kesamaan, kebersamaan, dan persatuan. Keenam, prinsip istikamah, yakni prinsip yang ditegakkan dalam perjuangan PPP untuk mencapai cita-cita bangsa.
Sebelum bergabung ke PPP, Sandiaga merupakan politikus Partai Gerindra. Di Gerindra, dia menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina.
Editor: Wahyu S.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!