NASIONAL

Drop Anaknya Dibully Saat Pendidikan Dokter Spesialis, Ayah ARL Meninggal

kondisi kesehatan ayah ARL kian menurun setelah kabar kematian putrinya

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / Muthia Kusuma

dokter
Ilustrasi dokter spesialis (FOTO: ANTARA)

KBR, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap ayah dari mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Unip), berinisial ARL meninggal pada Selasa, dini hari.

Kata Budi, kondisi kesehatan ayah ARL kian menurun setelah kabar kematian putrinya yang diduga menjadi korban bullying atau perundungan. ARL merupakan mahasiswa PPDS di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kariadi.

"Yang wafat adalah bapaknya. Dia masuknya ke rumah sakit memang sesudah kematian putrinya. Sudah, lah, enggak enak kita ngomongnya," kata Budi kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Selasa (29/8/2024).

Menkes, Budi Gunadi Sadikin mengatakan telah mengunjungi keluarga korban di Tegal, Jawa Tengah usai mendengar dugaan perundungan tersebut. Saat itu, kondisi keluarga korban termasuk ayah ARL tengah memburuk, sehingga butuh dirujuk ke rumah sakit. 

Baca juga:

Budi menjelaskan, saat mengetahui kondisi ayah korban, pilihannya yaitu merujuknya ke RS Kariadi, yang menjadi tempat praktik korban. Namun keluarga menolak karena menganggap anak mereka, yakni ARL menjadi korban bullying di RS tersebut. Akhirnya keluarga ditawari untuk dirawat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Jadi waktu saya pulang langsung bapaknya dibawa ke RSCM. Jadi mereka sudah ada di RSCM sekitar tiga hari karena memang kondisinya berat. Jadi tadi malam sekitar jam 01.00 WIB wafat," jelas Budi.

Sebelumnya, dugaan praktik bullying atau perundungan di pendidikan dokter spesialis kembali menggegerkan masyarakat. Seorang dokter muda, berinisial ARL, mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, ditemukan meninggal di indekosnya, pada Kamis, 15 Agustus lalu. Peserta program studi anestesi di RSUP Dr Kariadi, berusia 30 tahun ini, diduga mengakhiri hidupnya karena mengalami perundungan.

Rektor Undip Suharnomo, melalui rilisnya, membantah dugaan adanya perundungan dan menyebut ARL memiliki masalah kesehatan yang memengaruhi proses belajarnya. Hingga sekarang, proses investigasi oleh Kementerian Kesehatan masih bergulir.

Kemenkes pun membuka kanal pengaduan dan sudah menerima 1.500 laporan. Sebanyak 356 di antaranya, teridentifikasi sebagai kasus perundungan. Bentuk perundungannya beragam, mulai dari fisik, verbal, intimidasi, hingga nonverbal seperti pemaksaan untuk mengeluarkan biaya di luar biaya pendidikan yang ditetapkan.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!