NASIONAL
Diskon PPnBM DTP Diperpanjang, Gaikindo: Momentum Pemulihan Industri Otomotif
"Diharapkan penjualan otomotif di Indonesia tidak akan terjun bebas ke bawah, tetapi bisa recovery dengan cukup baik. Ini menyangkut hajat hidup orang banyak juga"
AUTHOR / Ranu Arasyki
KBR, Jakarta— Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah mengetuk palu melanjutkan insentif PPnBM-DTP (Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah) untuk kendaraan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) secara bertahap.
Kebijakan itu menjadi angin segar bagi pelaku usaha setelah melewati masa suram saat terjerembabnya penjualan mobil pada 2020.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaran Bermotor (Gaikindo) Yohannes Nangoi menilai, keputusan tersebut akan menjadi momentum pemulihan pelaku industri untuk mendongkrak penjualan LCGC pada tahun ini.
"Tentunya hal ini kita sambut dengan sangat baik karena langkah-langkah pemerintah tersebut untuk menunjang industri otomotif. Diharapkan penjualan otomotif di Indonesia tidak akan terjun bebas ke bawah, tetapi bisa recovery dengan cukup baik. Ini menyangkut hajat hidup orang banyak juga, di mana ada jutaan orang yang berlindung di dalam industri otomotif ini," katanya kepada KBR, Senin (17/1/2022).
Baca Juga:
Simulasi ESDM, Transportasi dan Manufaktur Masih Hasilkan Emisi Tinggi Hingga 2060
Gaikindo Minta Relaksasi Tarif PPnBM Segera Disahkan
Yohannes Nangoi menjelaskan, penjualan mobil di Indonesia masih didominasi segmen harga di bawah Rp250 juta, termasuk LCGC. Mobil di kelas LCGC menyumbang penjualan dengan porsi cukup besar, yakni sebesar 20 persen. Selain itu, mobil di kelas ini juga telah di ekspor ke sejumlah negara.
Kata dia, kebijakan mengenai PPnBM-DTP tersebut berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil dan menjadi perhatian bagi pelaku industri otomotif dan turunannya.
"Daya beli konsumen di Indonesia memang masih terkonsentrasi besar di bawah Rp250 juta. Sedangkan yang lainnya di atas Rp250 juta. Kendaraan di harga Rp300, 400, 500 juta segmennya tidak terlalu besar. Jadi yang perlu kita perhatikan memang di segmen tersebut," sambungnya.
PPnBM DTP pada kuartal I/2022 sebesar 3 persen, pada kuartal II/2022 sebesar 2 persen, dan kuartal III/2022 PPnBM DTP diberikan sebesar 1 persen. Sementara, pada kuartal IV/2022 pemerintah mengenakan tarif PPnBM sebesar 3 persen.
Baca Juga:
Pengembangan Transportasi Listrik dan Peluncuran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum
Penyaluran Kredit 2022 Diproyeksi Bakal Tumbuh Positif
Nanggoi melanjutkan, mobil dengan harga Rp200 hingga 250 juta pada Kuartal I/2022 diberikan insentif sebesar 50 persen dari tarif PPnBM sebesar 15 persen. Dengan begitu, konsumen membayar PPnBM sebesar 7,5 persen. Sementara, pada Kuartal II/2022, konsumen harus membayar PPnBM penuh sebesar 15 persen.
Dia berpendapat, meski LCGC dibanderol dengan harga yang relatif murah, hal itu tidak akan mempengaruhi dan mengambil ceruk pasar konsumen ekonomi menengah ke atas. Menurut dia, segmentasi demand atas produk mobil sudah terbentuk. Oleh karena itu, murahnya harga LCGC tidak menimbulkan kekhawatiran di antara rivalitas bisnis pelaku usaha.
"Segmentasi di Indonesia ini sudah terbentuk dari awalnya. Misalnya dia butuh yang namanya SUV. Walau pun ada LCGC yang lebih murah, kebutuhannya SUV (sport utility vehicle), dia tentu akan beli SUV. Kemudian ada orang yang perlu pick up, truk, atau bis tidak akan terpengaruh. Tapi yang ada, orang yang tadinya ragu-ragu membeli kendaraan jenis LCGC, dengan adanya insentif ini maka tetap terjadi transaksi jual beli," katanya.
Tertinggi di Asean
Gaikindo optimistis, penjualan kendaraan roda empat di tahun ini dapat menyentuh angka 900 ribu atau lebih. Proyeksi itu mempertimbangkan masih berlarutnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Kata Nagoi, industri otomotif di Indonesia adalah salah satu industri yang mampu bertahan dalam kondisi pandemi. Bahkan, penjualan kendaraan roda empat di Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara di kawasan Asean.
"Kalau kita lihat penurunan di Indonesia itu boleh dikatakan paling kecil dibandingkan negara-negara lain. Dan bahkan, di bulan Desember kemarin penjualan kita boleh dikatakan sudah menyentuh angka normal. Terlihat sekali penjualan domestik pada 2021 tumbuh 66 persen dibanding 2020. Kemudian ekspor tumbuh hampir 30 persen dibanding 2020. Sementara negara lain di sekitar ASEAN pertumbuhannya jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia," katanya.
Editor: Rony Sitanggang
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!