NASIONAL

BKKBN: Serapan Dana Bantuan Stunting Masih Rendah

"Masih terdapat 160 kabupaten kota yang penyerapan anggaran masih 0 persen"

AUTHOR / Shafira Aurel

Stunting
Petugas Posyandu menimbang berat badan balita di Kampung Nelayan Sebrang Melawan, Medan, Sumatera Utara, Senin, (16/1/2023) (FOTO: Antara/Yudi Lmo)

KBR, Jakarta -  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut realisasi anggaran Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) untuk menurunkan prevalensi stunting atau tengkes masih sangat rendah. Padahal pemerintah menargetkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting masih sebesar 21,6 persen.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN RI, Novian Andusti mengatakan, pemerintah daerah belum optimal dalam menyerap dana bantuan penurunan stunting.

"Berdasarkan laporan per 17 September 2023, realisasi anggaran audit kasus stunting masih sangat rendah yaitu baru di angka 24,98 persen. Masih terdapat 160 kabupaten kota yang penyerapan anggaran masih 0 persen dari total 58 kabupaten/kota yang mendapatkan anggaran BOKB (Bantuan Operasional Keluarga Berencana) menu audit kasus stunting,” ujar Novian, dalam webinar Praktik Baik Audit Kasus Stunting Indonesia, Senin (2/10/2023).

Baca juga:

Novian mendorong pemerintah daerah memaksimalkan penyerapan anggaran stunting untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting. Ia mewanti-wanti agar tidak ada penyelewengan maupun penyalahgunaan dana stunting. Ia ingin menurunkan prevalensi stunting menjadi program prioritas kepala daerah.

Sebelumnya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, pemerintah telah mengucurkan anggaran penurunan stunting mencapai Rp30 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp20 triliun diserahkan kepada Kementerian Sosial untuk didistribusikan kepada penerima manfaat sesuai nama dan alamat yang tercatat.

Baca juga:

BKKBN mencatat ada 12 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi, diantaranya Nusa Tenggara Timur NTT 37 persen dan Aceh 33 persen.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 ada sejumlah provinsi yang mengalami peningkatan angka stunting. Diantaranya Papua, kasus stunting meningkat dari 29 persen menjadi 34 persen. Sementara di Papua Barat dari 26 persen naik menjadi 30 persen.

Redaktur: Muthia Kusuma

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!