NASIONAL

BI: Ketidakpastian Ekonomi Global Meningkat

Perlu penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.

AUTHOR / Astri Septiani

BI: Ketidakpastian Ekonomi Global Meningkat
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)

KBR, Jakarta - Bank Indonesia menyebut ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, tekanan inflasi negara maju masih tinggi dipengaruhi perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat. Di sisi lain, inflasi di negara berkembang menurun.

Situasi ini diperkirakan mendorong berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR) Amerika Serikat.

"Berbagai perkembangan tersebut makin menaikkan ketidakpastian pasar keuangan global dan mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif. Ketidakpastian pasar keuangan global itu juga terindikasi dengan mata uang Dolar Amerika Serikat yang tetap kuat," kata Perry saat konferensi pers, Kamis (24/8/2023).

"Tekanan nilai tukar di negara berkembang meningkat, sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia," imbuhnya.

Perry menyebut pergeseran komposisi pertumbuhan ekonomi global 2023 makin kuat. Meskipun secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi global sama dengan perkiraan sebelumnya yakni sebesar 2,7 persen.

Ekonomi RI Masih Kuat

Perry mengeklaim, perekonomian Indonesia tumbuh kuat didukung oleh permintaan domestik. Perry memprediksi pertumbuhan ekonomi 2023 tetap berada dalam kisaran 4,5-5,3 persen.

Kata dia, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan.

Baca juga:

BI mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.

Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 persen pada 2024.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!