NASIONAL

Batalkan Impor Beras 3 Juta Ton

"Jokowi ini yang sejak awal berkuasa, berjanji untuk menolak impor beras, justru di tahun ke-10 ini dia masih mengimpor beras."

AUTHOR / Astri Yuanasari, Heru Haetami,

Batalkan Impor Beras 3 Juta Ton
Ilustrasi aktivitas bongkar muat beras impor di pelabuhan (FOTO: BUMN)

KBR, Jakarta- Kalangan petani menolak kebijakan pemerintah mengimpor beras tiga (3) juta ton tahun ini. Alasannya antara lain dikarenakan beras impor akan tiba di Maret nanti. Padahal di bulan itu, petani tengah menikmati musim panen padi. Akibatnya menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih, beras impor bakal membuat petani terancam merugi.

"Potensi menurunkan harga gabah petani yang katakanlah sebulan lagi, dua bulan lagi akan menghadapi panen padi. Bahkan sebagian di Sumatra Utara misalnya tempat saya ini sudah panen. Jadi, kita sangat menyesalkan sekali mengapa pemerintah Jokowi ini yang sejak awal berkuasa, berjanji untuk menolak impor beras, justru di tahun ke-10 ini dia masih mengimpor beras," ujar Henry kepada KBR, Rabu, (10/1/2024).

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih menilai, kebijakan impor beras juga membuktikan kegagalan pemerintahan Presiden Joko Widodo menjaga ketahan pangan nasional.

Sekaligus, kegagalan Perum Bulog menyerap gabah atau beras petani. Henry mengingatkan, jika impor beras dilanjutkan maka pekan depan Serikat Petani Indonesia akan menggelar aksi demo besar-besaran.

Impor Beras 3 Juta Ton

Sebelumnya, pemerintah tengah mempersiapkan impor beras 3 juta ton tahun ini. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan beras impor akan tiba di tanah air, Maret nanti.

"Di Indonesia 3 juta ton tahun ini. Tahun lalu 3 setengah. Tidak semuanya bulan Juli, kita lihat di musim tanam. Jadi diharapkan stok itu masuk, sekarang sampai Maret diharapkan bisa masuk. Sisanya kita lihat lagi kuartal per kuartal," kata Airlangga di Kompleks Istana Jakarta, Selasa (9/1/2024).

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengeklaim, kesepakatan impor beras sudah disetujui sejak awal tahun lalu. Namun Airlangga tidak memerinci besaran anggaran yang digelontorkan untuk mengimpor beras.

Airlangga hanya memastikan, saat ini 2 juta ton beras impor tengah berproses masuk ke Indonesia. Tahun lalu, Indonesia mengimpor 3,5 juta ton beras.

Klaim Bapanas Importasi Sangat Terukur

Sementara itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) membantah impor beras jutaan ton tahun ini bakal menjatuhkan harga gabah, dan membuat petani merugi. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan impor beras adalah langkah antisipasi guna menambal defisit neraca beras bulanan.

"Harga petani sekarang baik enggak? padahal udah impor lebih dari 2 juta ton. Kira-kira kenapa harga petani baik? karena importasi yang dilakukan importasi yang sangat terukur. Pemerintah itu melakukan importasi itu sebenarnya sakit, kenapa karena pengennya 20 triliunnya itu harusnya ada di Indonesia kenapa di Vietnam sama Thailand kan gitu. Yang harus dikerjakan oleh kita semua adalah mendorong produksi dalam negeri," kata Arief kepada KBR, Rabu (10/1/2024).

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memastikan, kedatangan beras impor bisa lebih cepat dari pelaksanaan panen raya. Hal ini diyakini bisa menghindari anjloknya harga gabah petani. Sekaligus, membuat Bulog melakukan tugasnya yakni menyerap produksi beras petani.

Batalkan Rencana Impor Beras

Di lain pihak, pengamat pertanian sekaligus Guru Besar IPB Dwi Andreas Santosa meminta pemerintah membatalkan rencana impor beras tahun ini demi melindungi dan menyejahterakan petani.

"Batalkan keputusan impor tahun 2024, batalkan dulu, lalu untuk selanjutnya keputusan impor atau tidak impor, putuskan di bulan Agustus. Kenapa di bulan Agustus, apakah terlambat, ya enggak terlambat sama sekali. Karena kenaikan harga beras itu pengamatan kami itu selalu mulainya sekitar September Oktober, terus nanti tinggi-tingginya di bulan Februari. Sehingga kalau diputuskan di bulan Agustus masih mencukupi waktunya enggak ada masalah," kata Andreas kepada KBR, Rabu, (10/1/2024).

Pengamat pertanian sekaligus Guru Besar IPB Dwi Andreas Santosa juga memperkirakan, produksi beras tahun ini akan naik 3 sampai 5 persen atau akan ada tambahan produksi sekitar 1 juta ton beras.

Jika pemerintah tetap mengimpor beras bertepatan dengan panen raya yakni sekitar Maret hingga April, maka sudah pasti harga gabah di tingkat petani akan jatuh dan menyengsarakan petani.

Picu Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat beras jadi komoditas pada komponen penyumbang inflasi 2023 secara kumulatif. Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyebut, beras menyumbang 0,53 persen secara year on year (YoY). Kata dia, inflasi komponen harga bergejolak 2023 sebesar 6,73 persen.

"Ambil inflasi 2023 memang kontribusinya paling besar adalah beras sebesar 0,53, cabai merah, lalu cabai rawit, kemudian diikuti bawang putih dan daging ayam ras. Kalau kita lihat dari 90 kota inflasi maka jumlah kabupaten kota yang mengalami inflasi adalah seluruhnya," ujar Amalia Adininggar dalam rakor pengendalian inflasi daerah, dikutip dari kanal Youtube Kemendagri, Senin, (8/1/2023).

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mencatat jumlah kota yang mengalami inflasi menurut komoditas beras sebanyak 90 kabupaten/kota. Disusul cabai merah berdampak pada 80 kabupaten/kota di Indonesia.

Hal itu sejalan dengan menurunnya produksi beras pada 2023 hampir di semua wilayah sentra produksi beras, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan sebagai daerah sentra produksi beras. Menurut Amalia, secara nasional Pulau Jawa memberikan kontribusi 55,95 persen dari total produksi beras, dan yang tertinggi ada di Jawa Timur.

"Karena memang faktor cuaca memang lumbung padi nasional, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan mengalami penurunan sepanjang 2023," kata Amalia.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!