NASIONAL

Pemerintah Impor Beras 3 Juta Ton dari 2 Negara untuk 2024

Produksi masih belum kembali normal.

AUTHOR / Heru Haetami, Astri Yuana Sari

Pemerintah Impor Beras 3 Juta Ton dari 2 Negara untuk 2024
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo memantau penanaman padi dan bertemu petani di Kecamatan Kesesi, Kab. Pekalongan, Jateng, Rabu, (13-12-2023). Foto: BPMI Setpres

KBR, Jakarta- Indonesia akan mengimpor 1 juta ton beras dari India dan 2 juta ton dari Thailand. Presiden Joko Widodo mengeklaim, impor dilakukan untuk ketahanan pangan di tanah air. Kata dia, kedua negara sudah menandatangani kesepakatan impor tersebut.

"Tapi, untuk 2024 Alhamdulillah kemarin kepala Bulog dari India sudah menyampaikan pada saya 'Pak, sudah tanda tangan satu juta ton'. Kemudian juga saat saya KTT ASEAN Jepang di Tokyo juga saya bertemu dengan Perdana Menteri (Thailand) Srettha Thavisin. Jadi, saya dengar di sana ada stok, kemudian saat di holding room, saya menyampaikan keinginan untuk bisa impor dari Thailand," ujarnya.

Ia menambahkan, "Saya sampaikan Indonesia butuh 2 juta ton, beliau kemudian siangnya gabung dengan timnya di Thailand, kemudian menyampaikan pada saya sorenya, 'Tuan Jokowi, 2 juta ton Thailand siap untuk mengirim ke Indonesia'," imbuhnya.

Rencana itu disampaikan Jokowi saat memberikan sambutan pada Outlook Perekonomian Indonesia, Jakarta, hari ini.

"Yang ini jangan ditepuk tangani karena impor. Kalau produksi kita sendiri, kita tepuk tangan. Tapi untuk mengamankan cadangan strategis ketahanan pangan kita, memang itu (impor) harus kita lakukan. Artinya kita sudah mendapatkan tanda tangan 1 juta ton India dan 2 juta dari Thailand. Paling ndak rasa aman kita dapat," kata Jokowi, Jumat, (22/12/2023).

Jokowi mengaku masih khawatir dengan urusan komoditas pangan. Itu sebab, dia memerintahkan jajarannya hati-hati dengan volatilitas harga pangan yang terjadi.

"Kalau kita lihat semua negara juga 22 negara ada yang setop ekspor pangan, ada ngerem, mengurangi ekspor pangannya, sehingga memang di 2023 kemarin kita kesulitan mencari tambahan untuk cadangan beras kita," katanya.

Jokowi mengungkap, super El Nino membuat produksi beras dalam negeri turun. Di 2024, Jokowi juga memperkirakan produksi masih belum kembali normal.

Pakar Sebut Tak Masuk Akal

Sebelumnya, Pakar pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mempertanyakan rencana pemerintah yang mau mengimpor 5 juta ton beras di tahun depan. Menurut Andreas, kebijakan impor dengan alasan produksi beras dalam negeri menurun tidak sesuai dengan data yang diterbitkan oleh pemerintah sendiri.

Andreas menuding pemerintah tidak paham tentang kondisi perberasan dalam negeri.

"Saya menggunakan data resmi dari BPS yang sudah dikeluarkan prognosis produksi tahun 2023, ini kan hanya turun 0,65 juta ton produksi, impornya 3,5 juta ton. Bisa dibayangkan masuk akal apa enggak? Lalu kepentingan apa di balik itu semua? Ini yang pertanyaan besar yang perlu kita tanyakan. Turun produksi 0,65 juta ton, (kenapa) impor 3,5 juta ton," kata Andreas kepada KBR, Kamis (16/11/2023).

Andreas mengatakan, jika impor terus berlangsung hingga tahun depan, akan berdampak buruk bagi kelangsungan kesejahteraan petani Indonesia.

"Itu sudah kelebihan sedemikian besar dan pasti dampaknya akan sangat buruk terhadap harga gabah maupun beras di panen raya mendatang, itu akan jatuh lagi," ujarnya.

"Dan petani itu sudah tiga tahun berturut-turut rugi bertanam padi. Untuk itu mengapa saat La Nina kemarin produksi kita sama sekali enggak naik, tiga tahun berturut-turut La Nina tiga tahun enggak naik sama sekali produksi kita. Jadi itu karena apa, karena petani mulai malas menanam padi, ini yang bahaya," kata Andreas.

Rencana Impor 5 Juta Ton Beras

Bulan lalu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah berpeluang mengimpor 5 juta ton beras di tahun depan. Impor dilakukan untuk mengantisipasi tantangan yang makin kompleks dan potensi krisis pangan dunia.

"Produksi beras nasional periode 2022-2023 mengalami penurunan akibat ancaman El Nino dan dari sebelumnya 31 juta ton dan diperkirakan turun menjadi 30 juta ton pada tahun 2023. Kondisi ini memaksa kami impor beras sebanyak 3,5 juta ton untuk cadangan pangan pemerintah. Kondisi ini tentunya berbahaya bagi ketahanan pangan dan ketahanan negara kita," kata Amran saat Rapat Kerja di Komisi IV DPR di Jakarta, Senin, (13/11/2023).

Amran menambahkan, impor beras 3,5 juta ton di 2023 dilakukan demi menjaga stabilisasi harga dan pasokan beras jelang akhir tahun dan pesta demokrasi menjelang Pemilu 2023.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!