NASIONAL

APINDO: Kurs Rupiah Melemah, Pemerintah Jangan Lengah

Tapi bagaimana mempertahankan rupiah ini bisa bertengger seperti dulu.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

EDITOR / R. Fadli

rupiah
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di Jakarta (1/3/2024). (Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja)

KBR, Jakarta – Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) DKI Jakarta, Nurjaman mengatakan agar pemerintah jangan tinggal diam melihat pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika.

Menurut dia, bagi pengusaha, melemahnya rupiah berdampak pada harga bahan baku impor yang naik sehingga bisa mempengaruhi pula mekanisme produksi dan harga jual barang. Masalahnya hal itu bisa saja berbuntut pada pengurangan tenaga kerja seiring dengan penurunan produksi sebab harga bahan baku mahal.

“Kami berharap pemerintah segera mengantisipasi agar kita bisa mengendalikan ini. Nah kami berharap kan pemerintah ada tim pengendali inflasi daerah dan pusat, apa yang dimungkinkan? Pemerintah ini membuat tim pengendali rupiah supaya selalu menguat, selama ini kan menguatnya hanya beberapa poin, tapi melemahnya beberapa poin. Nah ini tidak ada keseimbangan,” ujarnya kepada KBR Media, Rabu (19/6/2024).

Perlunya pemerintah untuk bergerak agar rupiah tidak makin melemah lantaran kini nilai tukar rupiah terhadap dolar sudah tembus Rp16.365 per dolar Amerika. Nilai itu sudah melebihi level psikologis sebesar Rp15 ribu per dolar Amerika.

“Jadi jangan hanya bilang rupiah hari ini melemah dolar naik, hanya sampai di situ tapi bagaimana mempertahankan rupiah ini bisa bertengger seperti dulu,” tuturnya.

Lanjutnya, jika hal ini terus menerus terjadi, bisa saja daya beli masyarakat makin terpuruk dan barang yang dihasilkan perusahaan hanya sekadar tontonan yang tak mampu dibeli karena kenaikan harga yang tak seimbang dengan pendapatan akibat melemahnya rupiah.

Terlebih memang ketergantungan terhadap bahan baku impor ini juga menjadi faktor yang tak terpisahkan dari pelemahan rupiah terhadap dolar sehingga jika rupiah melemah dampaknya begitu terasa.

“Di kita masalahnya itu, impor terus-terusan menggeliat tapi ekspornya tidak ada, nah bagaimana pemerintah mengupayakan agar ekspor kita ini terus mengerucut lebih tinggi,” tuturnya.

Nurjaman mengatakan segala sektor industri bisa terpengaruh akibat melemahnya rupiah namun memang industri manufaktur menjadi sektor paling terdampak.

Baca juga:

Kurs Rupiah Loyo, Daya Beli Buruh Ikut Loyo

PHK Sektor Tekstil Diramal Terus Lanjut, Pengamat Bilang Begini

Pagi tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dibuka naik 25 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.387 per dolar Amerika.

Sore harinya, kurs rupiah terhadap dolar Amerika ditutup menguat 0,21 persen menjadi Rp16.360 per dolar Amerika.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!